Selasa, November 13, 2007

Kapak Kayu Mang Entum

Beberapa bulan lalu saat pulang ke Bandung, membuka peti barang bekas. Berisi berbagai tumpukan majalah lama, mainan rusak dalam kantong kerek berisi telur kecoa dan laba laba kering. Ada kapak kecil kayu buatan mang entum yang setidaknya dibuat awal tahun 80an. Mang Entum ini tukang kayu yang biasanya dipanggil saat rumah direnovasi. Dalam timnya biasanya ada 3-4 orang. Abah, Mang Entum dan beberapa orang lainnya yang disebut laden ( bukan bin laden yang kebetulan kontraktor besar juga di Saudi). Keahlian laden biasanya tidak seperti tukang, honornya juga tidak sebesar tukang. Abah adalah ayah dari Mang Entum. Entah kenapa tukang kayu sudah tradisi menurun seperti ini. Bapaknya tukang kayu anaknya tukang kayu juga. Abah hanya sempat saya lihat sekali saja saat masa awal renovasi rumah, katanya sudah terlalu tua untuk bekerja. Masa masa renovasi selanjutnya Mang Entum yang bertugas. Dia ini sudah bekerja meronavasi rumah kami sejak rambutnya hitam, hingga abu abu sebagian. Saya kira kalau saaat ini mang entum masih hidup, rambutnya sudah putih semua.

Kalau dia sedang bekerja, biasanya saya suka mengamati, cinutrun bari cingongo (ngeliatin sambil jongkok). Yang dikerjakanya ajaib. Kayu kayu kasar berbulu dirautnya dengan mainannya, hasilnya kulit kulit hasil suguan seperti rambut keriting. Kalau kusimpan dikepala, wah aku jadi keriting seperti obek (adiknya ibu). Saat seperti ini juga saat dimana biasanya di rumah ada bukit pasir. Bukit pasir seperti di rumah 'enek di tasik sisa hujan Abu Galunggung, tahun 80an. Yang asyik juga kalo liat dia mengaci hasil kerjaannya,bau semen ketemu air dan warna semen basah kehijauan, ah andai saja boleh ikutan. Mang Entum ini orangnya sopan sekali, kalau diajak ngomong dia bakal berhenti bekerja dan menjawab sopan dengan menghentikan kerjaanya. Jadi kata mamah kalau Mang Entum lagi kerja jangan banyak tanya dan gangguin ya (makhluk kecil ini dulu teramat bawel dengan suara cemprengnya yang kalau pertanyaanya belum dijawab akan mengulang prrtanyaannya seperti ringtone).

Mang Entum punya tas ajaib. Sayangnya tas ajaib Mang Entum selalu disimpan di tempat yang jauh daru jangkauanku. Kalau kita intip isi tasnya, whuaaaa istimewa buat anak kecil yang belum duduk di bangku TK saat itu. Ada gergaji berbagai bentuk, sugu, kikir, kampak, waterpass yang herannya selalu rata, benang kasur, berbagai penggaris metal, siku siku. Ingin sekali main dengan mainan mainannya Mang Entum. Mainannya ini bisa memotong kayu betulan, berbeda dengan pedang pedangan kepunyaanku yang dipukulkan ke tangan pun tak berdarah. Wah kalau kuhantam apa saja dengan mainan mainan Mang Entum ini pasti asyik. Sayangnya tasnya selalu disimpan dari tempat yang sulit dari jangkauan bocah sepertiku. Disimpan diatas rak lah, atau disekitar para pekerja,

Sampai suatu hari di tanah kosong yang sekarang jadi kamarku di Bandung ini, kutemukan tas mainannya. Mang Entum sedang bekerja berada di ruangan lain. Wahhh...asyik tinggal pilih berbagai mainan logam mengkilat. Aku ambil satu, Kapak besi tanpa karat sedikitpun, ujungnya lurus tajam seperti golok belakangnya membesar, orang sunda menyebutnya kampak. Senjata yang juga digunakan Si Wiro Sableng, tapi tak ada tulisan embos 212 disini. Untuk anak seumuranku harus kupegang dengan dua tangan. Berat tapi asyik, mulai lah kupotong sisa sisa potongan kayu ini jadi kecil kecil. Sampai akhirnya mang Entum muncul di pintu yang belum berdaun pintu.

Mang Entum ini penampakannya jauh dari seram, Mukanya mirip Iwan Fals dengan potongan rambut pendek keriting, tersisir jambul kebelakang. Walaupun bekerja menukang tetap selalu rapi dan tidak terlihat dekil. Eh..cep jangan main dengan itu ya tajem, nanti kena tangan (hmmm..jawaban standar orang dewasa). Tapi dia malah mengajakku ke salah satu sudut mengambil kayu sisa. Plak plak plak, dia membuat sesuatu. Sambil berjongkok dengan tampang cengo, masih terheran heran dia membuat apa sih. Whuaaa....ternyata Mang Entum membuat kampak. Bentuknya persis seperti kapak mainanannya Mang Entum. Ujungnya juga tajam, tapi yang ini terbuat dari kayu semua, dan tentu sala lebih ringan. Satu sisi bisa dipakai sebagai palu satu sisi bisa dipakai untuk memotong. Begitu jadi langsung deh kuambil dan kutunjukan ke mama, maaaaaaa...dibuatin ini sama Mang Entum, Mang Entum baik ya mah. Sayup sayup kudengar suara Mang Entum "Atuh da palalaur neng, bisi kumaha onam Ku Mang teh didamelkeu we tina kai."

foto oleh ikeow

Ternyata ada yang aneh dengan kampak mang entum ini. Semakin sering kupakai bagain tajamnya untuk memotong dan menghantam sesuatu. Ujungnya jadi berbulu, memang cuman kapak kayu. Walaupun cuman kapak kayu yang belakangan baru kusadari ternyata ini kampak palsu, bukan kampak beneran (dasar orang dewasa). Walapun begitu aku tetap senang main dengan kampak buatan mang entum ini. Biji jambu di pegarangan rumah bisa kubuat gepeng dengan satu hantaman.

Saat kapak Mang Entum ini kutemukan di peti harta karun dalam kresek berisi berbagai mainan lawas. Mata Kahfi keponakanku yang belum duduk di bangku TK langsung berbinar. Dan benda yang pertama dia ambil dari setumpuk mainan lama itu si kampak kayu. Whuaaa.....apa ini teh. untuk mukul mukul yah..ekspresi jailnya mulai keluar. Tanpa dikomando beberapa mainan plastik dalam kondisi setangah rusak pun dihantamnya dengan kampak mang entum. Ini teh kan udah sedikit rusak, kita rusakin aja yah sekalian kata Kahfi keponakanku.

Mainan palu-paluan semacam ini belakangan saya temukan di mall, berbagai pasak aneka warna harus dimasukan ke lobang kayu yang cukup sempit. Dengan tulisan di plastik pembungkusnya, mainan edukatif untuk melatih motorik anak. Mang Entum ternyata berpikiran 20 tahun kedepan. Mainan edukatif tidak harus berwarna warni dan dilabeli mainan edukatif. Untuk anak seumuran Kahfi, Punch and destroy adalah mainan yang sangat menyenangkan.

Melihat rel kereta plastik yang hancur berkeping keping dihantam kampak mang entum tawa kahfi pun lepas, satu hantaman lagi, satu tawa lagi, satu hantaman lagi satu tawa lagi, begitu seterusnya. Punch, destroy and laugh. Ini boleh dibawa pulang nggak mang? kata kahfi.


foto oleh ikeow





Tidak ada komentar: