Rabu, November 14, 2007

Tell Beydar kota tujuh gerbang

Tulisan yang tertunda karena kesibukan setelah beberapa lama ngendon di draft . Setiap kali datang ke soupchat, hampir selalu ada kejutan kecil yang tak terduga. Seperti Sabtu sore itu di Asin Bungalow milik etha di daerah Nyuh Kuning Ubud sambil menyeruput sup labu dan sup makaroni yang daripada bingung memilihnya diseruput saja keduanya.

Soupchat 10 di bulan Agustus 2007 ini diramaikan oleh suara berwarnanya Kacir...pemuda Papua bertampang mirip Judika bersuara Tompi. Presentasi Pak Marcl L dari European Centre for Upper Mesopotamian Studies dengan Tell Beydar dan Bobby presentasi thin clientnya..

Kali ini akan saya ceritakan kembali soal Kota tujuh gerbang presentasinya pak Marc. Seperti cerita epic, atau seperti permainan game komputer age of empire, age of mithology yang sudah lama tak saya mainkan lagi. Pa Marc menceritakan pengalamannya sebagai arkeolog dalam penggalian kota tua di Syria utara (North Messopotamia) tepatnya Tell Beydar.

Presentasi yang awalnya terlihat membosankan ini ternyata semakin disimak semakin menarik. Kondisi kota ini sebelum penggalian hanya berupa gundukan bukit tak bertuan. Seperti bertemu tokoh di film-film tentang Mesir Kuno. Pak Marc yang humble mengawali pembicaraannya dengan saya bicara atas nama tim,(waah beda banget ya dengan yang mengaku pakar IT itu, saya yang menemukan lagu indonesia raya versi aseli). Dan katanya ini merupakan kali pertama beliau mempresentasikan karyanya di luar Eropa dan Midle East. Wow...Terimakasih Pak Marc

Baru tahu pekerjaan arkeolog yang sebenarnya, wow...film film Holywood yang selama ini kita tonton yang banyak mengidentikan arkeolog melulu dengan dinasaurus ternyata lumayan (teramat) menyesatkan. Dalam kenyataannya sangat multidisiplin, belajar sejarah, sosial, antropologi, yang bisa membawa kita ke Jaman dimana kota ini tinggal. Pejamkan mata, dan rasakan aroma dinding lumpur dari jaman 300o tahun sebelum jempol kaki kita menyentuh tanah.

Apa yang ajaib dengan Tell Beydar? Banyak. Kota ini dibangun pada masa yang sering disebut First Imperium. Saat dimana kerajaan besar muncul multi ras multi etnik, atau biasa disebut juga Early Bronze Age. Terletak di wilayah mesopotamia Utara, yang disebut segitiga Khabur. Berbeda dengan daerah selatan yang terbentuk dari tanah alluvium. Curah hujan cukup dan sudah mengenal irigasi. Oleh pa Marc kita dibawa ke jaman seratus tahun sebelum raja Sargon dari Akkad menginvasi daerah ini (sekira 2350 tahun sebelum masei, waah perjalanan yang jauh ya). Kalau ditarik garis ke mesir saat itu di Gizeh orang sedang sibuk sibuknya membangun pyramid (2570 sebelum masehi) . Walapun saat itu kontak antara dua pusat kebidayaan tertua di dunia ini sangat sedikit.

Kota ini dilindungi dengan dua lapis benteng batu tebal dan tinggi dan memiliki tujuh Gerbang. Dilamnya terdapat tidak kurang dari 3000 orang dengan berbagai pembagian kerja. Waaah langsung deh, imajinasi liar saya membayangkan setting tempat tell beydar saat jaya jayanya ada pasukan tentara, petani, dengan baju bajunya yang unik, kerumunan dengan bahasa yang tak familiar ditelinga.

Benteng seperti alasan kebanyakan untuk melindungi warga kota dari berbagai gempuran. Yang mengharukan sudah ditemukan kloset duduk, dan sistem sanitasi yang baik. Sejarah per-wc an ternyata sudah ditemukan 3000 tahun lalu disana. Mungkin karena disana tak ada empang atau semak semak rimbun seperti di Indonesia. Tak heran tak ditemukan peninggalan purbakala per-wc an di Indonesia (tolong betulkan kalau saya salah)


foto udara A. Poidebard, beydar.com

Yang membuat lebih takjub lagi dari gundukan tanah tak bermakna ini mereka akan merekonstruksi Tell Beydar seperti masa lalu. Session tanya jawab pun disemarakan dengan berbagai pertanyaan.

Ini sebuah kerja besar, Tim arkeolgi ini terdiri dari berapa orang?
Benar pekerjaan penggalian ini sudah berlangsung bertahun tahun, dan masih akan terus sibuk. Gundukan di Syiria bukan hanya di Tell Beydar. Dan dari setiap gundukan saja hampir bisa dipastikan pernah jadi tempat kediaman sebuah peradaban, dan setiap layer penggalian erdapatberbagai jaman yang berbeda (whuaa...asyik juga ya jadi arkeolog ) .Tim kami terdiri dari sekira 30 orang dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai negara yang berbeda termasuk Syiria tentunya, negara di Timur tengah dan Eropa. Kami sendiri dari Belgia, dibantu banyak mahasiswa dan para pakar dari bidangnya masing masing ada sosial, budaya, arsitektur, antropologi. Tidak semua harus ada disana setiap saat tentunya, ada orang indonesia juga loh (wah mau dong ikuut jalan jalannya)

Kenapa sebuah peradaban bisa hilang dan terkubur seperti Tell Beydar, kita tahu mesopotamia dulu pusat kebudayaan tertua dengan berbagai peninggalannya, tapi kalau dilihat di Iak sekarang kondisinya sangat terpuruk? apakah ada saat yang hilang diantaranya?
Bisa terjadi karena banyak hal, bisa bencana alam, perang. Sejarah itu terjadi dalam proses yang selalu naik turun ada saat jaya, turun, selalu begitu di berbagai peradaban dunia. Apalagi saat jaman seperti Tell Beydar ini mereka punya musuh dari berbagai arah yang berbeda.

Bagaimana cara mereka membuat dak datar dulu?
Mereka menggunakan batang kayu, daun palem atau jerami, lalu menuang larutan lumpur diatasnya, seperti kita membuat dak beton. Walaupun ada hujan tidak sebanyak di Bali tentunya.

Kenapa mereka membangun rumahnya dengan menggunakan mudbrick (dari lumpur basah) bukan dengan bake brick (bata bakar)?
Kalau kita lihat dari lokasinya. Syria utara, bukan daerah yang ditumbuhi banyak pohon. Untuk membuat bake brick, selain butuh bahan bata juga dibutuhkan kayu untuk bahan bakar. Penggunaan bata bakar adalah sesuatu yang mewah, dan hanya ditemukan di bagian bagian yang penting saja.

Dalam konstruksi modern terutama untuk bangunan bersuhu ekstrem, 4 musim, aplagi bangunan di timur tengah biasanya terdapat insulasi yang berupa celah/ cavity atau material tertentu. Apakah ditemukan juga teknologi seperti ini?
Ini pertanyaan yang menarik. Kalau kita rasakan dan datang ke sana duduk di sebuah ruangan hasil rekonstruksi sebenarnya sungguh nyaman walaupun keadaan di luar sangat panas. Ini karena pemilihan material mereka mudbrick sebagi insulator panas yang baik, dengan ketebalan tertentu (yang cukup tebal) dan pengaturan penghawaan alami yang baik. Wah mereka sudah mengenal arsitektur hijau, low cost energy saving.

Bagaimana dengan proses rekonstruksinya? Apakah menggunakan metoda yang sama dengan metoda mereka membangun dulu?
Ini pertanyaan yang panjang, saya aan jawab dalam pertemuan selajutnya...(aduh..bersambung ternyata).

Kalau masih penasaran bisa diliat di beydar.com dengan tiga bahasa, Inggris, Perancis, dan Arab, pertanyaan terakhir yang belum terjawab bisa ditemukan juga jawabannya disana. Ada animasi, sejarah, proses restorasinya. Belajar sejarah ternyata bisa sangat menarik dan kait berkait, betapa kecilnya kita, betapa kecilnya sbuah peradaban yang bisahilang begitu saja ditelan bumi. Kenapa Bu Ating guru sejarah SMA membawakannya dengan amat membosankan, diramaikan dengan acara mencatat masal dan sama sekali tidak menarik. Ah mungkin bukan Bu Ating yang salah, mungkin gurunya bu Ating dulu yang salah. Atau memang aku dulu yang salah, yang lebih tertarik film animasi di tv dan main game.




3 komentar:

imgar mengatakan...

OOT : bertampang judika bersuara tompi ? mmm..harusnya bisa jadi nge-top tuh.. :D

priyatnadp mengatakan...

hai imgar, Bisa, banget. Banyak banget orang seperti dia disini, mangung keliling tiap malem buat makan. Mangkanya suka aneh kalo liat orang bisa nyanyi bermodal kenceng rekaman.

dayax berkata mengatakan...

boleh jg,mungkin benar