Rabu, Desember 26, 2007

Nanti bertemu di terminal dua

Mengisi waktu luang dibandara Internasional cengkareng. Duduk, jalan, jalan berputar melihat tingkah polah orang. Terminal adalah tempat yang menarik untuk melihat titik ekstrim emosi orang. Tak heran berbagai adegan film banyak mengambil seting Bandata,sebut saja serial Si Doel anak sekolahan, AADC, dan banyak lagi. Ada yang yang dismbut dengan suka cita, ada yang dilepas pergi dengan berat hati. Seperti adegan beberapa hari yang lalu di terminal 2 Bandara Soekarno-Hata,yang kalo tag bagasi CGK-JKT. Mengisi waktu luang yang cukup lama akhirnya diisi dengan menyapu lantai seluruh terminal 2 dari ujung ke ujung dari atas ke bawah,dari terminal kedatangan dan kepergian.

Adegan di terminal kedatangan begitu menyenangkan, ada wajah wajah menunggu. Wajah yang sebenetar lagi melambai tangan dan melepas senyuman yang lega setelah yang ditunggu tiba. Ada pelukan ucapan selamat untuk para atlet berseragam kuning yang baru pulang dari SEA-GAMES 2007 di Thailand. Suasana di terminal ini menyenangkan, berbagai aura emosi kecerian sepertinya ikut menular. Dari kepadatannya yang menunggu di terminal kedatangan di lantai satu terminal dua ini lebih padat dari terminal keberangkatan.

Di terminal keberangkatan walapun lebih lenggang, banyak pemandangan yang bertolak belakang. Ada rombongan perempuan muda berseragam berkerudung hitam puih.Dari tatapan di matanya sepertinya tidak ada rasa aman, mungkin sedag gundah mungkin memang resah. Mereka inilah para pahlawan devisa yang diberangkatkan PJTKI, perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia. Yang memakai seragam biasanya TKI baru, tak aneh tampangannya masih fresh dan celingukan. Duduk bergerombol dan tak ingin memisahkan diri dari kepompoknya. Tidak lebih dari 10 jam lagi mereka akan berpisah dari kelompoknya tanpa tahu harus mengadu kemana. Tidak satupun kerabat atau sanak saudara yang mengantar mereka.

Adegan lain lebih menyedot emosi lagi. Seorang bapak yan dilepas keluarganya, Seorang Istri, Ibu, dan dua anaknya. Anak kecil yang menggenggam senjata mainan organik FN. Anak yang sedari tadi digendong sang ayah menangis ketika dilepas dari gendongannya. Istri si Bapak mencoba menenangkan si kecil, si Kakak juga ikutan menenangkan si ade. Bapak itu sekilas melihat jadwal keberangkatan lalu kembali ke rombongan pengantarnya. Berbincang sejenak tak lama melihat jam dibalik jaket kulit coklatnya, Berbincang sejenak sambil melihat jam lagi. Sepertinya berat untuk meninggalkan mereka semua. Dari barang bawaan yang dibawa bukan perjalanan yang pendek. Raut muka si Bapak muda ini tak jauh berbeda dengan raut muka perempuan bersegaram tadi. Muka datar yang dicoba untuk tenang. Trolly pun akhirnya didorong setelah melihat jam untuk kesekian kalinya. Bocah pemegang pistol FN masih belum bisa tenang dan ingin mengejar, ditahan dan dipeluk ibunya.

Saya hanya menyaksikan dari bangku samping mereka sambil berkata dalam hati. Sesudah pelukan ini jangan lihat kebelakang lagi ya pak. Si bapak sudah sampai di ujung antrian membawa setumpuk bagasinya. Jangan lihat kebelakang pak...Dengan sudut matanya Bapak muda ini masih menengok ke samping belakang, sekali. Lalu dengan tengokan yang lebih tegas lagi kedua kalinya masih dengan tatapan yang sama.

Saya bukan lagi bocah dan belum jadi ayah, Tiba tiba terjepit berada di situasi seperti ini seperti seperti tersedot emosi si bocah dan si bapak muda,menyedot keduanya sekaligus dan menyesakan dada. Sepertinya harus pindah duduk, menghabiskan waktu di terminal kedatangan sepertinya jauh lebih menyenangkan. Teringat pesan seorang teman, jangan khawatir m'pri mereka yang nganterin itu nanti yang bakal jemput pas balik lagi. Pesan yang sementara ini berlaku buat saya tapi justru tidak berlaku buat dia.

Semuanya memang hanya sementara, hanya masalah seberapa lama sementara itu.

Tidak ada komentar: