Selasa, Juni 05, 2007

Thomas Karsten kakinya menapak di tanah

Pesawat hari itu dijadwalkan terbang jam dua siang dari bandara cengkareng ke denpasar, Pak Mul hari itu nyupir 2 jam lewat sudah sampai lagi di kantor Bapak di Bidakara. Sambil mengisi waktu ngobrol ngobrol dengan fifi yang lagi sibuk dengan marketing lap kulit pembersih lensanya.

Di sudut ruangan majalah-majalah baru menggoda untuk dibongkar, ada beberapa majalah tempo, gatra, beberapa majalah desain tapi sayangnya ngga ada tabloid Nova, Bintang, dan majalah gosip lainnya. padahal waktu yang nanggung gini lebih enak buat bacatopik yang ngga terlalu serius.

Akhirya saya pilih Tempo, kajiannya biasanya lebih dalam mengupas topik dan ngga se-populis gatra. Setelah bolah balik baca terjebaklah di tulisan tentang Thomas Karsten. Kalau suka arsitektur indis pasti tau Pak Londo yang satu ini. Disana diceritakan Thomas Karsten sebagai Londo yang berbeda dengan para pejabat kolonial lainnya. Gosipnya Pak Londo ini juga termasuk menentang ide kolonialisme, ngga suka dugem bareng sosialita Londo lainnya dan beristrikan orang Indonesia. Thomas Karsten memimpikan suatu saat bisa menjadi orang Indonesia dan mati di Indonesia.


Sialnya impian Thomas Karsten terwujud, mati di Indonesia. Dalam camp tahanan Jepang di Cimahi. Kalau saja orang Jepang tahu aset yang ditawannya saat itu.

Thomas Karsten termasuk pionir urban desain di Indonesia (Hindia Belanda)'cenah' saat itu. Jadi teringat saat mudik lebaran kemarin. Kita sempat dioleh olehi Kalender Bekas bergambar Arsitektur kota Semarang, oleh Om Wawan & Tante Nani yang kebetulan kerja di Balai Arsip Semarang. Wow...andai saja tahu dari beberapa hari sebelumnya kalo Om Wawan kerja di Bale Arsip Semarang, pasti perbincangan selama mudik Lebaran lalu selama di Klaten lebih seru.

Dalam perjalanan sebelum ke Bandung kita sempat mampir ke Semarang, dan sempat dipandu city tour oleh Om Wawan, yang paham betul sejarah Semarang. Om Wawan ini bukan lulusan sekolah arsitektur tapi dari sejarah,walaupun begitu dia bisa menjelaskan dengan baik mana saja peninggaan Karsten.

Hampir semua bangunan menarik yang kami tunjuk saat Semarang City Tour ini peninggalan Karsten. Gila...sebanyak itukah??? Jawaban singkatnya Karsten seorang Urban Desainer, beliau tidak merancang bangunan tapi kawasan. Bisa dimengerti kan kalo daerah kekuasannya begitu luas. Kalau kita ke Semarang bisa dibedakan daerah mana mana saja yang sempat dirancang Karsten dan daerah mana yang terjadi karena kecelakaan pertumbuhan kota yang tidak terkendali. Naik turunnya semarang dari Bukit bukit kecilsampai ke Kota Lama yang terletak di Tepi laut memang terlihat dirancang salah satu buah kerutan jidat Thomas Karsten.

Yang unik dari Thomas Karsten beliau tidak saja membidani Semarang, tapi banyak kota kota Besar di Indonesia yang mulai tumbuh saat itu Bandung, Batavia (Jakarta), Magelang, Malang, Buitenzorg (Bogor), Madiun Cirebon, Meester (Jatinegara), Yogya, Surakarta, dan Purwokerto. Beliau juga bukan seorang pengkhayal ala urban desainer perancang The World, atau Palm Island di Dubai, Uni Emirat Arab. Jauh sekali dari tipe hedonis megalomania. Kakinya menapak di tanah, masih teringat artikel di malajah Tempo saat ia merancang Pasar Johar Semarang. Konon Karsten tidak sibuk di belakang meja, tapi dia turun langsung mengamati pola perilaku orang di pasar itu. Hal yang semestinya dilakukan banyak arsitek sebelum mulai merancang, sebelum mulai memaksakan banyak ide ide baru yang mungkin tidak sesuai dan malah tidak cocok. Salah satu ide jenius Pak Thomas Karsten ini adalah dengan menempatkan bagian daging dan ikan ikan di lantai dua, yang konon dulu banyak diprotes para pedagang. Dari pengamatannya menurut Karsten Lalat tidak bisa terbang tinggi, sampai ke lantai dua. Mengamati lalat, hal yang tidak banyak dilakukan arsitek.

Pasar Johar juga menjadi pasar tradisional dengan pencahayaan alami yang baik di tangannya. Pasar Johar (1933) dengan struktur kolom cendawan yang Oleh Frank Lloyd Wright pada karyanya Johnson Waz Building (1936), perhatikan taunnya. Di bagian Drop of untuk kuli kuli barang tidak luput dari pengamatan Karsten. Karsten membuat peninggian lanta yang membuat para Kuli angkut mudah untuk mengangkut barang ke pundak. Kaki Thomas Karsten memang menapak di tanah.

"Pergi sekarang?" Tiba tiba Pak Mul nanya?
"O iya Boleh, daripada ketinggalan Pesawat." Majalah Tempo itupun kubalik & diletakan di rak IKEA tempatnya semula, sial...majalah Baru nih ngga enak kalo dibawa...

Di Bandara menyempatkan diri melihat lihat counter malajah...Wah sayang yang ada hanya Gatra, dan tabloid gosip.

Sampe akhirnya hari ini dikejutkan e-mail tentang petisi menolak pembongkaran Pasar Johar Semarang. Shit....!!! mau dihancurkan....? bodoh apa goblok...semoga cuman lelucon...sayangnya bukan lelucon, semoga kelak hanya jadi lelucon basi. Bukan komedi satire yang sudah terlalu banyak di negeri ini.
-simpri

baca juga

Pasar Johar, bangunan tropis yang terancam, di arsitekturindis.com
Kiprah Herman Thomas Karsten di Indonesia, di aritekturindis.com
Pasar Johar Dipertahankan Jadi Pasar Tradisional , di KOMPAS
Pembongkaran Johar Tak Sejalan SPA,di Suara Merdeka
Pedagang Tegaskan Penolakan , di Suara Merdeka
Bangunan Utama Pasar Tetap, di radar semarang
Lihat foto pasar Johar disini



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Karsten itu emang Semarang banget ya..?!

-imgar-

priyatnadp mengatakan...

Semarang termasuk banyak peninggalan Karsten, terutama di penataan kotanya.