Sabtu, Juni 23, 2007

The Runaway Bride

Setelah sempat tersesat kegelapan alam di desa berdinding bata bali dan Pak Made berkali kali menyetop orang untuk bertanya nama desan &banjar tempat resepsi pernikahan (di Bali cukup berbekal nama desa,banjar, dan nama orang yang dicari, pekerjaan atau ciri ciri fisiknya kita bisa menemukan orang yang kita cari),akhirnya kami bisa juga menemukan lokasi resepsi pernikahan teman kami yang kawin lari
.Seperti judul filmnya Julia Roberts & Richard Gere yah. Diberi judul kawin lari karena memang pihak wanita yang berkasta tinggi tidak disetujui untuk menikah dengan pihak pria yang tidak berkasta. Agak aneh kedengeranya ya untuk orang 'Jawa' yang belum terbiasa, dengan istilah seperti ini. Secara teknis, ya seperti pernikahan biasa yang diadakan di pihak mempelai pria namun tidak dihadiri seorangpun kerabat dari pihak mempelai wanita.


Yang unik buat orang 'Jawa' yang belum terbiasa adalah jarang sekali acara pernikahan yang berlangsung di hari sabtu atau minggu, Kata teman kami kemungkinannya hanya 2/7 atau 28,571428571428571428571428571429 %. Biasanya hari pernikahan di bali ditentukan berdasarkan hari baik. Kalo di 'jawa' terkadang orang malu untuk blak-blakan menyatakan hitung-hitungan hari pernikahannya. Hari baik di bali berlaku umum, maksudnya tidak seperti hari baik pada perhitugan cina yang menyertakan tahun kelahiran. Berlaku umum disini maksdunya pada kalender tahunan Bali sudah tercantum kisaran hari baik untuk menikah. Jadi jangan heran apabila dalam satu waktu bisa dijumpai banyak sekali janur kuning di sepanjang jalan.

Acara resepsi juga menarik, lebih seperti open house.Jadi acara berlangsung sehari suntuk(ini untuk resepsinya saja, belum termasuk rangkaian upacara yang harus dijalani. Trisna masih memakai riasan kepala yang dari bentuknya sepertinya cukup berat,sejak jam sepuluh pagi sampai saat kami datang jam sepuluh malam. Jam sepuluhmalam? Iya karena acara pernikahan berlangsung hari jum'at kami pun baru berksempatan datang malamnya, setelah kloter lembur terakhir tentunya. Dan surprise...trisna masih memakai riasan komplit. Dengan acara bergaya open house seperti ini setiap tamu bisa berbincang hangat dengan kedua mempelai karena tamu yang datang sudah dibagi dalam waktu waktu tertentu. Berbeda dengan pernikahan ala 'Jakarta' yang terkadang sulit sekali untuk mengucap sepatah kata pada teman lama di pelaminan melihat antrian panjang salaman, dan MC yang mulai gelisah mengatur antrian.

Selamat ya Trisna & Blinya..


Tidak ada komentar: