Minggu, September 30, 2007

Life on The Road bersama Adam Skolnick

Ubud writers festival
Acara ini diadakan setiap tahun, setelah tahun lalu hanya mengamati dari luar keramaian festival yang diselenggarakan yayasan saraswati ini. Tahun ini dengan semangat oportunis saya melibatkan diri. Kata oportunis ini jangan diartikan negatif ya, oportunis berarti orang yang bisa memanfaatkan keadaan. Mumpung di Bali, mumpung di Ubud, yang diklaim sebagai center of arts & cuture di Bali, bahkan dunia. Kesempatan seperti ini mungkin tidak datang satu kali mungkin dua kali mungkin tiga kali dan bukan tidak mungkin semuanya berlalu begitu saja tanpa bisa memanfaatkan kesempatan tersebut, kedengaran seperti sepakbola ya.

Menarik? Untuk seorang pembaca kolom pendek suratkabar, yang malas membaca novel tebal berlatar politik internasional acara ini sudah sangat menarik (apalagi kalau anda termasuk orang kedua). Dengah harga terjangkau, Ada main program selama 4 hari yang four day passnya hanya 200.000 rupiah saja untuk orang Indonesia (untuk orang asing anda harus membayar 2juta rupiah, untuk pelajar, mahasiswa Indonesia 160.000 rupiah). Ada tiga kategori tiket, Tamu asing, Expat yang kebetulan tinggal dan bekerja di Indonesia, dan orang Indonesia, dan pelajar/mahasiswa Indonesia (yang terakhir disebut ini tentu saja yang paling murah). Pembagian kategori tiket ini agar festival ini lebih aksesibel untuk semua kalangan termasuk orang Indonesia. Setuju, terimakasih bu Janet De Neefe.

Dari sekian banyak acara di ubud writers festival. Saya ikut dua workshop yang kebetulan diadakan Sabtu dan Minggu, supaya ngga usah kabur dari kantor. Life on the road oleh Adam Skolnik & Writing for Childern oleh. Kristy Murray. Masing masing workshop dibandrol 100.000 rupiah untuk sesi 3 jam. Beruntung sekali berada di Ubud Bali, karena festival sastra semacam ini diklaim hanya ada enam di dunia. Dan acara ini diklaim sebagai salah satu yang terbaik, dimana penulis dari berbagai penjuru dunia berkumpul berbagi pengalamannya bukan hanya untuk sesama penulis tapi juga bila anda (sekedar) pembaca.

Workshop bertemakan penulisan traveling saya pilih karena sebagai 'arsitek' traveling adalah kebutuhan. Tanpa traveling vocabulary design kita akan sangat terbatas, di suatu daeah di penjuru dunia lain orang sudah membuat sesuatu yang baru sementara kita masih berkata ini tidak mungkin dibuat. Walaupun ini bukan hal yang murah tentunya, dan ajaibnya ada orang yang dibayar untuk traveling dan menuliskan pengalamannya .Senang sekali kali andai suatu waktu bisa menuliskannya dengan tips & trik penulisan traveling dari orang yang berkeringat di bidangya. Seringakali bertemu orang 'penting' atau 'berprestasi' di bidangnya dan tidak tahu siapa dia. Lalu setelah acara usai baru segudang pertanyaan berkecamuk, dan si narasumber pun telah kembali ke alamnya tanpa sempat bertukar e-mail adress atau no telp. Dan ini kejadian tidak hanya sekali. Akhirnya meneympatkan browsing dulu siapa sih pemberi materi Ini, biar ntar nggak nyesel.

Adam Skolnick...
Terkaget kaget setelah baca website pribadinya adamskolnik.com. Ternyata orang gila, Gila traveling, addicted, travel obsession. phuiih...semakin semangat ikut workshopya. Penulis lepas yang menghabskan hidupnya di jalan telah melakukan perjalanan di 30 negara 6 benua (ada berapa negara ya di dunia komplitnya?). Adam banyak menjadi kontributor untuk berbagai majalah spa, yoga, traveling, Mens Health, Travel& Leisurre,& Lonely Planet, kitabnya para backpacker seluruh dunia, termasuk backpacker Indonesia. Kitab yang menyebabkan kenapa restoran padang kecil bertajuk putri minang banyak dikunjungi bule-bule, sampai ada bajakannya malah pitri minang, yang menyebabkan sashimi night di nuri's ubud selalu penuh sesak.diWorkshop ini telah sold out sejak sekira 5 harian sebelum acara dimulai. Peserta workshop tidak banyak, karena memang diatasi supaya workshop berjalan dengan efektif (Culture seperti ini agak jarang di event organizer di Indonesia, biasanya semakin banyak tiket terjual acara di 'cap' semakin sukses).

The workshop


Adam Skolnik dengan setelan kemeja putih motif bordir sederhana lengan pendek dilinting, Celana jeans agak tight dengan jahitan di luar & sedikit 'cutbray'di bawah, backpack, dan sandal jepit. Memperkenalkan dirinya sebagai travel writer & alkoholic. Dua hal yang erat yang susah dipisahkan, menurutnya. Berlatar belakang environmental activist dan beralih menjadi penulis,berawal dari keputusanya saat menulis puisi tak jelas di tepi pantai Zanzibar Afrika. Bukan karena alasan idealisme katanya, karena saya tidak punya keahian lain. Adam tidak cukup puas untuk bekerja pada NGO, digaji rutin, bekerja pada orang. Tidak cukup punya banyak skill juga ujarnya, Saya seringkali gagal dalam kesempatan wawancara pekerjaan. Gaya mengetik saya sebelas jari, saya bahkan tidak mengerti micrsoft excel, dan powerpoint. (Mungkin Adam nggak suka pake software bajakan ya..).Ya ini keahlian saya satu satunya bercerita dengan menulis. Senjatanya 'hanya' macbook 12 inch, aplikasi word, HP dengan local phone number, dimanapun berada. Ini penting katanya,...dimanapun berada jangan takut merasa rugi buat beli SIMcard lokal. Merasa agak aneh harus memberikan workshop penulisan karena saya sendiri katanya tidak mempuyai latar belakang jurnalistik, bahkan mungkin tidak cukup qualified untuk mengajar anak kelas 4 sekolah dasar. Tapi saya sudah disini memang bukan untuk mengajar anda menulis, semakin sering menulis tulisan kita akan menjadi semakin baik. Anda yang akan mengajari diri anda menulis. Saya masih dalam proses itu (hmm.. 6 feet tall humble guy ). Saya hanya akan bercerita berdasarkan pengalaman saya. Semua orang bisa melakukannya, anda mungkin bisa melakukannya nanti lebih baik dari saya (hmmm...sounds provocative enough..2 step further than motivative)

Session workshop dawali dengan perkenalkan diri setiap peserta workshop, persepsinya tentang kenapa ingin menjadi travel writer, dan tempat tujuan favoritnya.Surpise ternyata pesertanya dari berbagai negara dengan berbagai profesi ada yang dari South Africa, Australia, India, Thailand, expat yang sudah lama tinggal & bekerja di Indonesia dan segelintir saja orang Indonesia. Menarik ada yang memang penulis freelance, bergerak di bidang tourism, dan newbie orang yang memang ingin lebih tahu banyak tentang seluk beluk dunia penulisan seperti saya.

Session perkenalan ini menjadi penting karena kebutuhan dan minat peserta tentu berbeda beda. Di tahap selanjutnya latar belakang kita juga sangat menentukan apa 'niche' atau 'expertise' dari tulisan yang akan kita buat. Tentunya orang akan lebih tertarik membaca tulisan dari orang dibidangnya. Adam juga mengomentari, session perkenalan ini ...you could be...you can write about... Tanpa awalan dan arah yang jelas memang tidak akan mendapat manfaat, apalagi alasan sekedar mengisi waktu luang. Dengan alasan ini ketika acara usai anda akan mendapat manfaat ya sekedar mengisi waktu luang. Komanetarnya pada sesi perkenalan ini, menulis arsitektur traveling itu sebuah hal yang sangat menyenangkan, dan akan pembaca akan lebih senang jika memang ditulis oleh orang di bidangnya (hmmm..sounds like another provocative statement)

Semua orang bisa menulis.
Semua orang bisa menulis dan membaginya dengan orang lain. Untuk alasan apa? sekedar sharing? curhat? Karena ini workshop sebagai profesional writer. Ya kita musti belajar melakukannya dengan profesional, to get payed. Adam dari awalsudah mengancam peserta workshop kalau anda melakukannya untuk jadi kaya, sepertinya bukan alasan yang baik. Penulis travel seperti saya susah untuk kaya, anda akan dibayar saat saat akhir setelah tulisan dimuat dan anda sudah mengeluarkan banyak biaya untuk hidup anda yang berpindah pindah seperti ini. Anda bahkan tidak bisa punya hewan peliharaan untuk dikhawatirkan di rumah (hmm...peringatan serius ini)

Statement yang menarik,karena berbagai seminar motivasi ala motivator best selling motivation book melakukannya sesuatu untuk menjadi kaya, bukan karena kita enjoy melakukannya. Definisi kaya versi Adam tentu kaya pengalaman, kaya teman. Walau begitu bukan berarti kita melakukannya dengan kesenangan saja, semua prosedur editorial kontrak dan sejenisya menjadi penting disini. Saya tidak pernah mengrimkan sebuat tulisan full lengkap tanpa kejelasan dimuat atau tidak oleh sebuah malajah. Mereka (orang-orang majalah/tim redaksi) tidak puya cukup banyak waktu untuk membaca tulisan anda. Mereka punya setumpuk seperti ini dibelakang pungugnya ...ujar Adam memposisikan tangan kiri di atasmeja dan tangan kanan setinggi garis alisnya yang tebal.


Get the contact...
Kalau sudah tahu mau menuliskan apa dan tentang apa...sebaiknya anda menghubungi orang yang tepat. Dan ini rahasia terbesarnya.Ada banyak film box office yang buruk tapi beredar di pasaran dengan sukses, karena meraka punya kontak yang tepat. Bukan karena fim itu sangatlah bagus. Saya bisa menuliskannya naskahnya dengan lebih baik tapi berakhir dengan nihil karena tidak mengirimkannya ke pihak yang tepat.

Siapakah pihak yang tepat.? Junior Editor, adalah salah satu orang yang tepat untuk mengirimkan deskripsi singkat tulisan kita. Apalagi kalau anda orang baru di bidang ini, mulailah dengan rendah hati tapi percaya diri. Junior editor biasanya lebih idealis daripada senior editor, lebih bersmangat untuk membawa topik topik menarik ke penerbitan edisi selanjutnya, dan tentunya lebih banyak waktu. Dan yang terpenting saat ini dia mungkin baru junior editor, Beberapa tahun kemudian mungkin sudah jadi pemimpin redaksi. Beberapa peserta workshop tampak terperangah, Jadi sebenarnya bukan hanya tulisan yang bagus yang diperlukan tapi kepada siapa tulisan itu dialamatkan. Beberapa majalah dengan transparan menuliskan susunan redaksinya berikut e-mail adressnya. Beberapa majalah seperti national geographic tidak, kemana anda mengirimkannya. Cari dimana kantor pusatnya, Tanya ke pusat informasi (penerangan), hubungi atau minta dihubungkan ke bagian editorial. Perkenalkan diri anda sesingkat mungkin..dan minta email adress key person tersebut. Ini prosedur yang sama ketika anda mencari pekerjaan, bukan masalah seberapa qualified anda tapi untuk memastikan informasi yang kita kirim berada ditangan yang tepat. Selebihnya tinggal penilaian obyektif mereka akan karya kita. Dan kalau perlu anda bisa telpon dua atau tiga hari selanjutnya, atau sekdar e-mail untuk memastkan mereka menerima ringkasan calon tulisan anda. Bukan bagian yang menarik memang, tapi anda harus memperjuangkannya ujarnya.

Cara paling efektif mengirimkan 'calon' artikel ke malajah adalah dengan menuliskan ringksan pendek dua atau tiga paragraf saja. Dengan tema yang menarik, berbagai kemungkinan sudut pandang cara penulisan, pembaca butuhnya apa, lebih bagus lagi kalau hanya kita yang bisa menuliskannya karena kita berada di lokasi, Akan diterbitkan di malajah apa dan bagian rubrik apa, kapan diterbitkannya. Kalau anda menulis isu hangat tapi dierbitkan 3 bulan kemudian tentunya sudah basi. Untuk beberapa tema penulisan traveling,trend, tetap aktual juga menjadi penting. Walaupun beberapa tema penulisan terkadang timeless, atau anda terkadang yang harus menungu momen tepat kapan sebuah ringkasan ini dikirimkan ke majalah. Saat waktunya tepat mereka tentunya akan lebih antusias. Query atau calon artikel ini bisa dikirimkan sebanyak banyaknya ke berbagai majalah, tinggal anda yang menentukan mau dimuat di media mana kalau mereka tertarik lebih jauh dengan tulisan kita . Kalau sudah ok,mereka akan meminta tulisan lebih jauh lagi. Kalau tidak tertarik kita bisa bergerak lebih cepat untuk mengirimkannya ke media lain tanpa harus membuang waktu .

Yang menarik dari penulisan travelling adalah kita bisa dbayar untuk jalan-jalan sekaligus menulis. Untuk penulis yang bekerja pada media tertentu sudah lumrah tapi untuk penulis lepas apakah memungkinkan. Disini Adam membagi berbagai tipsnya. Yang anda butuhkan adalah kontak, bisa tourism board di tempat yang akan kita tuju misalnya merek akan degan senang hati berbagi informasi dengan anda. Bahkan bukan tidak mungkin seluruh ongkos perjalanan anda akan ditanggung, mereka bisanya punya board of sponsor yang terdiri dari banya pihak,airlines, hotel. Tentu saja ini tetap tidak mengurangi penilaian objektif kita terhadap materi tulisan yang akan kita tulis sebaga jurnalis. Saya seringkali mengalami berbagai pengalaman aneh katanya. Bergabung bersama penduduk lokal dalam sarana transportasi publik yang sangat padat lalu tiba tida dijemput sedan mewah dan tidur di hotel yang mungkin tidak mampu saya bayar. Simbiosis seperti ini jadi sama sama menguntungkan mereka akan senang karena dipublikasikan dan andapun senang mendapat bahan tulisan. Tentunya untuk sampai ke tahap ini tidak mudah, mereka juga tidak mau orang selewat yang menuliskan pengalaman travelingnya, setidaknya anda sudah punya tulisan tulisan yang sudah dipublikasikan di berbagai media, dan website pribadi misalnya yang memudahan mereka percaya kepada anda. Sponsor perjalanan ini juga bisa bermacam macam, bisa jadi ini berawal dari query yang anda kirimkan ke media. Seperti saat saya menulis tentang kerusakan hutan di sumatra. Saya kirim ke media saya sedang ada di Indonesia saya bisa menulis tentang kerusakan hutan di sumatra, saya butuh pengeluaran 500 USD misalnya. Buat mereka di LA misalnya itu lebih murah karena tanpa harus repot repot mengirim wartawannya yang pengeluarannya lebih besar, dan mereka juga mendapat bahan tulisan dari saya yang berlatar belakang aktifis lingkuang ujarnya. Jadi banyak cara untuk berjalan jalan dan dibayari. Dan yang perlu dicatat juga. Jika poroposal anda disetujui dan anda berangkat anda telah dikontrak untuk menulis tentang hal tersebut. Jangan merusak kepercayaan yang sudah dberikan dengan mengirimkannya ke media lain atau tidak menyelesaikannya, sekali anda melakukanya anda sudah merusak network yang dibuat sendiri. Tapi kita masih bisa menulis berbagai hal menarik tentang tujuan kita, untuk media lain. Misal anda beangkat ke New Zealand untu menulis tentang suku maori. Dalam sebuah trip sepeti itu tentu saja saya tidak akan menyia nyiakan kesempatan untuk menulis berbagai hal menaik lainnya, kuliner livestyle misalnya sepanjang itu masih berada dalam 'niche' minat dan keahlian anda.

Workshop yang memberikan banyak pencerahan, dan yang lebih menarik lagi hampir setiap peserta tampak antusias dan aktif mengikutinya. Kadang kadang ucapan Adam di cut dengan berbagai pertanyaan menarik. Jangan takut untuk bertanya, jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru. Diantara peserta workshop ini ada juga pak Antonio pensiunan guru sekolah dari Amerika yang tertarik ikut workshop karena ingin mulai belajar menulis (semangat yang luar biasa kan). Setiap tempat yang saya kunjungi di seluruh dunia selalu berbeda dan unik dan saya ingin belajar untuk mulai menuliskannya, ujar pak Antonio.

Agradece Mucho Adam!










4 komentar:

prabhamwulung mengatakan...

pfff.. panjang.. tapi menarik.. ditunggu hasil workshopnya ya...

Anonim mengatakan...

salam kenal,

nama saya intan dan saya tertarik untuk jadi travel writer. Saya tinggal di Bali dan baru mengawali karir sebagai travel writer tapi tertarik untuk menjadi freelance writer, mUngkin anda bisa membagi berbagai informasi tentang menjadi freelance writer. Saya berharap bisa mengenal anda lebih jauh. mohon kontak saya,
intaniasalsa@yahoo.co.uk

priyatnadp mengatakan...

Hai intan. Salam kenal juga. Saya bukan writer serius hanya blogwriter, baru terinspirasi setelah ikut ubudwritersfestival banyak sekali yang bisa dilakukan dan ditulis. Banyak loh freelance writer sukses yang sempet ketemu di sana. Dan yang lebih buat saya kagum banyak orang tua,kakek nenek yang baru mulai. Ngga perlu jadi penyihir buat mewujudkan keinginan kita.

Nazrina mengatakan...

Trimakasih... very inspiring...