Minggu, Maret 16, 2008

Melawan Sakit atau Berkawan Sakit

Rute bersepeda minggu kemarin lewat Banjar Tunon Singakerta Ubud sepertinya harus diubah. Musim kawin anjing sepertinya mengubah temperamen anjing menjadi lebih agresif. Tidak tanggung tanggung dicegat 6 ekor anjing kampung, dan berhasil lolos setelah bunyi bel sepeda dan halauan pak tani yang kebetulan lewat. Tapi sepertinya ika masih kapok gigitan satu ekor anjing disepatunya walaupun tak sampai luka. Mingu pagi ini merencanakan rute sepedaan lebih jauh lagi, Sibang-Ubud downtown, Pulang nanjak pergi turun, pulang pergi sekira 30 km. Walaupun saat yang bersamaan hari ini ada Bali Fun Bike dengan rute lapangan Lumintang, sawah Sibang yang biasa kami lalui. Sepertinya perjalanan ke Ubud lebih menarik, sawah Sibang dengan tanjakan U nya pun otomatis dilewati. Saat bersiap siap sebelum berangkat, telp bunyi pukul 06.30. Tenyata Bu Adi tetangga depan rumah kami. mengabarkan saudara kami Pakde Anang Kusdario pelukis Ubud, telah berpulang ke rahmatullah. Innaliahi Wa ina ilahi rajiun. Untung saja kami belum berangkat. Rencana pun dirubah, hanya delapan KK muslim di perumahan kami yang kurang dari 40 rumah di Denpasar Utara (coret) Bali ini. Pasti ada yang bisa dibantu disana.

Pa
kde Anang bisa dipanggil anak anak di perumahan ini adalah sosok yang hangat. Saat saya pergi kerja senyum pak Anang ini hampir pasti menyapa kepergian ke kantor. Tak berbeda saat pulang kadang senyumnya menyapa saya dan juga penduduk sekomplek ini. Rumahnya yang sekaligus studionya AK Studio selalu terbuka pintunya, menandakan pak Anang is in the house. Anak anak pun dibiarkannya masukke studionya untuk main karambol, atau apalah, dari polah mereka kadang kita bisa dapet ide buat melukis, ujarnya. Ketua Lingkungan di perumahan kami ini awalnya membuat saya heran, kok bisa ya ketua Lingkungan seorang muslim yang minoritas hanya 8 KKdari 40KK. Sejak muda tahun1983 Pak Anang memang telah merantau ke Bali, masuk keluar kampung, menjadi pelukis di Ubud Bali, daerah impian para pelukis sejak dulu. Pak Anang tidak pernah mendapat pendidikan formal bangku seolah seni lukis, tidak lulus ujian mask ISI Yogyakarta tidak membuat dua patah semangat. Saya jadi mahasiswa selundupan saya ikuti semua kelasnya, hanya saya tidak ikut ujian saja. Empat orang teman kos saya di Yogya semunya mahasiswa 'beneran' bukan siluman seperti saya tidak ada yang jadi pelukis ada yang jadi pegawai negeri, pengajar.

Agak berbeda setahun belakangan ini kondisinya merosot karena penyakit gagal ginjal
yang dideritanya. Pintu yang terbuka agak jarang lagi terbuka. Aura yang berbeda dari keseharian sebelumnya. Seminggu sekali dia harus cuci darah ke rumah sakit, belakangan menjadi dua kali seminggu. Biaya cuci darah tidaklah murah, Beliau mendapatkan kemudahan dari rumah sakit untuk mengurus surat surat yang diperlukan atas saran dokter. Penyakit Bapak ini bisa membuat orang kaya menjual tanahnya sudah habis masih berhutang, saran kami bapak urus surat2 Bapak supaya bisa mendapatkan Bantuan dari Pemerintah, bapak tidak usah malu, bapak butuh bantuan,begitu diceritakan Pak Anang sewaktu kami jenguk di RS Sanglah sekira setaun lalu.

Kenaikan BBM yang selama ini menjadi umpatan banyak orang ternyata menolong Pak Anang, dengan dana subsidi BBM ini Pak Anang bisa cuci darah tanpa biaya sama sekali, Subhanallah. Mengingatkan saya pada almarhumah nenek Tuti, pegawai negeri kejaksaan di Palembang yang mendapatkan fasilitas gratis perangkat cuci darah. Menarik mengutip kalimat Dokter saat itu Berpuluh puluh tahun tahun begawi buat negara, nah sekarang giliran negara yang bayari Ibu Tuti. Bedanya pak Anang bukanlah pegawai negeri, hanya pelukis yang menikmati hidup dengan kesederhanaan. Pertolongan Allah memang datang dari jalan yang terkadang tidak kita duga duga. Kalau sudah nonton SICKO Michael Moore, akan terasa perbedaannya. Jika kita berpikir pertolongan akan datang dengan linier, memang pertolongan hanyakan datang dengan linier macam Asuransi Kesehatan dan lainnya. Kalau berpikir dengan pita lebih lebar, kebaikan seseorang pada banyak orang siapa sangka bisa mendatangkan pertolongan yang tidak diduga duga (yang mungkin tidak tertuliskan di kalkulasi otak manusia), anda boleh kok tidak setuju.

Salah satu lukisan 'Pakde'Anang Kusdario,Teacher, 30,40 Mixed on canvas, AK-Studio

Berkawan sakit atau melawan sakit? Kalimat pertama buat sebagian orang memang terasa Aneh, Kalimat kedua sepertinya sudah biasa di de
ngar. Perspektif 'Barat' memandang penyakit berat sebagai sesuatu yang harus dilawan dengan semangat hidup yang tinggi, seperti pada pasien Kanker, gagal ginjal yang harapan hidupnya kecil, biasanya didorong untuk memiliki semangat hidup yang tinggi. Penyakit bukan untuk dilawan, penyakit tidak akan menyentuh badan seseorang tanpa izin-Nya. Selalu ada hikmah dalam setiap musibah dan ujian. Penyakit dalam perspektif Islam dihadapi bukan hanya dengan semangat hidup yang tinggi tapi dengan penyerahan diri dan kepasrahan yang luar biasa.

Entah apa anda pernah berada dalam situasi terjepit seperti ini, saat nasib orang terdekat kita seperti koin yang berputar di lantai gambar atau
angka? sesederhana itu lanjut atau cukup disini? Dalam situasi seperti itu, yang pernah saya alami, juga Bu Anang, dan juga siapapun yang pernah atau akan merasakannya, diri kita ini seperti menciut luar biasa kecil (leutik hate basa sundana mah), hati merasa kecil, terserah pada yang Kuasa. Perasaan tertekan yang harus diimbangi penyerahan diri luar biasa. Saat doa yang dipanjatkan bukanlah doa kurang ajar hamba yang minta sembuh, tapi doa semoga diberikan jalan yang terbaik. Tentunya Kau tahu apa yang terbaik buat hamba yang maha pandir ini.

Pak Anang dalam masa sakitnya selama dua kali puasa dua kali lebaran ini menunjukan pelajaran luar biasa buat kami yang masih segar dan se
hat ini. Manfaatkan waktu dengan baik, mumpung masih muda pri...kamu tahu kan gaya hidup seniman kaya gimana? Jangan coba coba deh kaya saya dulu, baru terasa umur segini ini.

Nikmat sehat memang baru terasa saat dalam keadaan sakit. Kalau kita baru bisa sadari nikmat sehat saat sakit, betapa jarangnya kita bersyukur. Dala
m Islam sakit yang dihadapi dengan penyerahan diri pada Allah dan kesabaran (sama sekali tidak ada kata melawan penyakit?) adalah pengugur dosa. Pak Anang Kusdario menjalani hari hari sakitnya dengan sabar .Pak Anang yang saya kenal meninggal dalam keadaan yang husnul khatimah, akhir yang baik. Penilaian manusia yang sangat subjektif, seorang tetanga yang selalu disapa senyum ramahnya, semoga penilaian yang sama dari Allah SWT.Amiin..

Selamat jalan Pakde Anang...


2 komentar:

ikeow mengatakan...

waktu pemakaman kemarin bukan cuma orang muslim yang takziah dan melayat, tapi juga mereka yang beragama lain, hindu, kristen, konghucu, dan lainnya. satu kompleks seakan membatalkan acaranya untuk bisa mengantar pak anang, ini bukti bagaimana kebaikan pak anang sangat berkesan bagi semua orang.

ya Allah, kami semua menjadi saksi bahwa pak anang semasa hidupnya adalah orang yang baik. Semoga Kau ampuni semua dosanya, Kau terima amal ibadahnya dan Kau angkat dia ke sisi-Mu.

Amin...

Anonim mengatakan...

huhuhu..sedih bacanya..
innalillahiwainnailaihirojiun..
umur berapa beliau ini ?

-imgar-