Terkadang postingan blog hanya saya simpan di draft untuk jangka waktu yang lama, menunggu waktu yang tepat atau keburu lupa dan akhirnya terkubur dalam tumpukan file wordpad. Hari ini kalau menurut penanggalan Islam, menurut kalender Hijriyah tepat sepuluh tahun Almarhum Ayahanda kami Agustori Abdul Fattah Jasin, meninggal dunia 12 Rabiul Awal hari yang akan selalu kami ingat, bertepatan dengan maulid Nabi. Mungkin tidak patut dihubung-hubungkan, tapi semoga alm. Ayahanda kami termasuk golongan orang yang dicintai Rasulullah. Sepuluh tahun ternyata tidak terasa, rasanya baru beberapa hari yang lalu.
Saat Ramadhan tahun lalu, Seperti biasa saat selesai sahur sambil Nonton tafsir Al Misbahnya Prof Dr Quraish Shihab di Metro TV membahas surat Al Imran. Pembahasan yang cukup lugas dan sederhana dinikmati sambil terkantuk kantuk di depan tv. Yuk shalat shubuh..(ajak ikaku yang saat iti di WITA (waktu indonesia tengah) sudah memasuki waktu shalat subuh. Ntar ah..dengerin lagu penutupnya dulu, sebenernya pembenaran posisi tubuh yang seang cukup PW/posi wenak terlentang ditonton TV, menonton25% ditonton 75%.
ternyata Gito Rolies membawakan lagunya Abah Iwan, berjudul detik hidup
Detik-detik berlalu dalam hidup ini
perlahan tapi pasti menuju mati
kerap datang rasa takut menyusup di hati
takut hidup ini terisi oleh sia-sia
pada hening dan sepi aku bertanya
dengan apa kuisi detikku ini
tuhan kemana kami setelah ini?
adakah Engkau dengar doa’ku ini?
amien, ya Robb al’ alamien…
Kali itu kali pertama saya mendengarkan lagu detik hidup ciptaan abah Iwan ini. Mendengar syair lagu yang begitu dalam itu dada terasa sesak, otot kaki menegang dan air mata otomatis keluar. Mungkin karena saat itu yang menyanyikannya almarhum Bangun Sigito ang menyanyikannya bukan hanya dengan mulut tapi dengan hati.
Saat itu alm Gito Rolies tengah berkawan dengan penyakitnya, penyakit yang sama yang menjadi jalan buat almarhum Papa kembali pada-Nya. Maret 2005 bertemu alm. Gito Rolies dan istrinya sempat bertegur sapa dan menyebrang jalan bersama di sebuah jalan di sudut Singapura. Baru beberapa waktu kemudian tahu dari infotainment beliau sedang berobat.
Jangan takut mati, tapi takut hidup ini terisi oleh hal yang sia-sia.
Syair Abah Iwan yang dalam sepertinya merupakan pemahamannya akan sebuah suat pendek yang sudah kita hapal sejak kecil, hanya 3 ayat, surat yang kerap dipakai para sahabat untuk mengakiri berbagai pertemuan.Surat Al-Ashr, yang menurut Imam syafii, surat pendek yang mengimpun isi Al-qur'an.
Semoga kami dijauhkan dari kesia-siaan.
baca juga:
Belajar dari abah iwan abdurrahman, Pepih Nugraha
Penggemar abah iwan, perlu mampir disini
Renungan kang Jalal tentang surat Al'Ashr, kontekstual nih dengan peringatan Maulid Nabi.
Kalau koneksinya kenceng unlimited, ada tafsir Prof Quraish Shihab tentang surat 2 ayat ini disini
Kamis, Maret 20, 2008
Detik Hidup
Diposting oleh priyatnadp di 6:22 AM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
menurut tanggalan hijriah..hari ini adalah hari lahirku.. :)
-imgar-
insya Allah papa dan gito rollies meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan jauh dari kesia-sia-an...
amien..
Mudah-mudahan almarhum Kak Fatah selalu dalam hidayah Allah, Amien.
kesimpulan : waktu bukanlah sekedar uang.. ;)
salam kenal ya pak, eh om, eh mas.. manggilnya apa ya? jgn lupa jalan2 ke blog ku.. :)
Saya selalu terenyuh jika mendengar lagu Detik Hidup yang maknanya begitu dalam.
Lagu ini sangat menyentuh kalbu, karena menurut saya lagu ini berhasil menyuarakan hati nurani fitrah manusia yang terdalam. Untuk apa sebenarnya kita diciptakan. Apakah kita akan menyia-nyiakan hidup ini dengan hal yang menyimpang dari ketentuan Yang Maha Kuasa.
Saya doakan semoga Ayah mas Priyatna berbahagia di akhirat sana. Kita semua pun pasti akan menyusul beliau.
"Perlahan tapi pasti menuju mati..."
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Posting Komentar