Minggu, September 24, 2006

Masjid beratap langit

Tulisan ini saya dedikasikan buat mas Bambang Setiabudhi yang terus konsisten menulis, meneliti tentang arsitektur Islam.

Masjid ini sayangnya bukan masjid sungguhan, ini hanya replika di Bahrain Museum. Ada sebuah zona replika kota tua di Bahrain museum ini terdiri dari replika sejak dari jaman kebudayaan pra-Islam, periode Dilmun (yang disejarah SMP sejaman dengan periode mesopotamia di Irak). Namun semoga kereplikaan ini tidak mengurangi bobot tulisan ini. Kalau bukan replika mungkin agak sulit atau bahkan tidak ada lagi masjid yang beratapkan langit seperti ini selain di masjidil haram pada bagian area thawaf.

Foto dari arah shaf pertama ke lapangan tengah/masjid


Bahrain dan peradaban Islam.


Bahrain sebagai daerah yang cukup dekat dengan daratan Saudi Arabia (sekarang) termasuk daerah daerah awal penyebaran islam melalui Teluk Persia. Konon Islam sudah sampai Bahrain dalam 6 tahun penyebaran Islam. Saat itu mina Al Manamah, Pelabuhan Manamah yang sekarang dikenal Sebagai Manama sudahmenjadi daerah transit yag cukup ramai. Sangat Masuk Akal, mengingat posisinya yang dekat dengan Saudi Arabia yang sekarang sudah terhubung dengan jembatan yang bisa ditempuh dalam waktu cukup singkat. Tidak diketahui persis apakah lokasi pelabuhan Manama saat jaman Penyebaran islam awal berada di pusat kota manama sekarang atau bukan. Peninggalan yang masih asli banyak terdapat di daerah Muharraq sementara di manama sendiri yang lebih dominan dengan pola grid mengingat negeri ini pernah jadi jajahan Inggris namun tetap berpolakan pola souq/ pasar yang rapat dengan lorong lorong dengan ketinggian 2 lantai.

Foto gerbang masjid


Bentuknya sederhana sekali hanya berupa lapangan dengan pintu dan pagar sebuah menara dan sebuah ruang menyerupai selasar pada shaf pertama. Foto disamping ini diambil dari arah shaf pertama ke samping. Hanya satu dua shaf saja, Jadi teringat karya masjid Andra Matin dalam sebuah pameran AMI di jurusan arsitektur tahun 1999, dengan satu shaf dan halaman belakang berupa taman/ruang terbuka yang fungsional. Masjid dekat tempat flat saya tinggal berpedoman pada sebuah hadist yang menjama taqdim (menarik kedepan) shalat Isya sesudah shalat magrib bila hujan tiba. Melihat replika masjid ini mengingat kondisi saat itu sayapung manggut manggut
sendiri.

Kalau mengingat Islam masuk Bahrain hanya perlu waktu 6 tahun saja, asumsi saya (boleh dibantah)tipologi masjid saat jaman Rasulullah pun tidak jauh dari berbeda dengan replika ini. Yang membuat kagum dengan masjid beratap langit ini Islam bisa menyebar ke seluruh penjuru dunia. Agak Ironis dengan kondisi masjid saat ini, yang megah namun kerap menjadi simbol kemegahan kota/penguasa yang sepi aktifitas. Robohkan atapnya? jangan dong ramaikan saja aktifitasnya.
m'pri
.







Tidak ada komentar: