Senin, Agustus 10, 2009

Suit...Trak..Prang


Seorang teman mengeluhkan tentang pekerjaannya yang katanya stressfull dalam sebuah perbincangan di beranda depan. Bukan beranda depan rumah, tapi beranda facebook.

Kalau stress ganti profesi aja, ujarku.
Jadi apa lagi umur sudah thirty something gini katanya.
Jadi tukang kaca aja...
Kenapa tukang kaca? katanya bingung

Beberapa minggu sebelumnya saya memotong kaca di sebuah toko kaca di sekitar jalan Ahmad Yani Utara Denpasar.

Mbak minta dipotong kaca ukuran 40x60 cm ya..lama nggak?
Kalau lama saya pergi dulu nanti diambil lagi?
Nggak lama kok mas bisa ditunggu . Untuk alas sablon ya?

Sayapun mengangguk, sambil berpikir wah hebat juga ya si mbak ini bisa baca pikiran saya, tinggal diberi outfit yang sesuai ditambah sedikit kemapuan retorika sepertinya bisa
ikutan acara THE MASTER. Atau muka saya yang mirip tukang sablon ya? atau
setiap yang potong kaca 40 x 60 untuk alas sablon ya? Yang jelas ketebalannya terlalu
tebal dan besar buat preparat mikroskop & nggak mantul kalo dipake ngaca.

Di depan saya ada sebuah meja kayu besar, kira kira selebar meja bilyard,besar dengan alas karpet hijau, persis seperti karpet masjid Al Muhajirin di Margahayu Raya Bandung sebelum direnovasi di akhir tahun 80-an yang di beberapa bagian sedikit berbulu. Di sekitarnya ada banyak rak rak berisi kaca yang berdebu. Di bawah meja besar ini empat sisinya ditutupi tripleks triplkes bekas.
Sambil menunggu saya sempat membubuhkan beberapa coretan di kaca
yang berdebu yang tersusun di rak rak disekitarnya (sayangnya lupa ditandatangani).

Sedang asyik mencoret coret kaca kotor dengan jari jari.

Nyoman...
Si mbak memanggil jurpot..juru potong kaca.
Setelah membaca ukurannya Pak Nyoman ini langsung mengambil kaca dengan ketebalan yang sesuai lalu meletakannya di meja besar. Menyiapkan pisau potongnya yang bentuknya mirip cutter kenko, tapi mata pisau dan gagangnya kelihatan lebih kokoh. Ada satu penggaris kayu panjang sebuah siku sembilan puluh derajat yang juga terbuat dari kayu.

Suiit...Suara linu dari pisau yang beradu dengan sisi kaca.
Lalu penggaris kayu diletakkan di bagain bawah kaca.
Trak.....Kaca ditekan dengan kedua tangan dari atas sampai sisi nya
terbelah dua. Lalu tiba tiba Pa nyoman ini melempar pecahan kaca ke kolong meja, yang ternyata ada sebuah box besar yang ditutupi triplek tadi..

Prang....suara kaca pecah menggegar. Tidak aneh kalo perang dinamakan perang, mungkin karena perang selalu gaduh ya? Lalu selanjutnya

suit..trak..prang..
suit..trak..prang..

dengan tiga gerakan saja sudah terbentuk kaca ukuran 40 x 60 dengan tiga bantingan kaca yang mengejutkan. Setelah itu dihaluskan dengan batu asahan dan dibungkus dengan kertas coklat lalu diberi rafia. Setalah dibayar lalu dibawa pulang.

Di perjalanan pulang masih terbayang muka Pak Nyooman yang sepertinya melakukannya dengan sangat nikmat.
suit..trak..prang
suit..trak..prang
suit..trak..prang

Bosan dengan pekerjaan sehari hari? Saran saya sih ganti profesi saja jadi tukang kaca & rasakan kenikmatannya
suit..trak..prang
suit..trak..prang
suit..trak..prang

Ada bagian yang dilakukan dengan sangat hati hati supaya posisi potongan
tidak bergeser dan tepat sembilan puluh derajat....suit
Ada bagian yang menyenangkan juga ketika dengan suara trak..kaca terbelah
dua. Yang paling mengasyikkan ketika pecahan kaca dibuang ke kolong
meja..prang. Memecahkan yang biasanya kesalahan, memecahkan yang biasanya
berarti membeli disini justru dirayakan dengan nikmatnya oleh Pak Nyoman.

Kapan terakhir kali menikmati benar pekerjaan anda? Kalau sudah lama tidak menikmatinya, Mungkin sudah waktunya mencoba bekerja menjadi pemotong kaca. Atau sebenarnya hanya ..

suit..trak..prang
..suit...trak..prang..suit..trak..prang..suit..trak..prang..suit..trak.. prang..suit..trak..prang..suit..trak..prang..suit..trak..prang..suit..trak..prang
yang tidak terdengar.

Atau indera kita yang terlalu terbatas untuk mendengarnya?
Atau indera kita yang terlalu terbatas untuk mensyukurinya?







4 komentar:

H. Nugraha mengatakan...

Assalamualaikum, sahabatku...:)

priyatnadp mengatakan...

wallaikumsalam pa helly :D

Anonim mengatakan...

hohoho..
jadi merenung..

imgar

* a n n i s a s o l i h a h * mengatakan...

mungkin sekarang saatnya "tambah" profesi jd penulis om, ehehe..

seratanana sae :)