Kamis, Februari 14, 2008

Bersepeda, gaya hidup atau kebutuhan?

Terpengaruh provokasi Pak Ibung dari HI'LLANDERS Puri Gading fun cycling community akhirnya kesenangan baru ini pun dimulai. Di soupchat ke sebelas waktu itu pak ibung +Adr memprovokasi teman teman soupchat untuk sepedaan bergenjot gowes ria di Bali. Foto kiri ke kanan , Pak Ibung, Wisnu, dan Adri

Jenis sepeda, pilih yang mana?
Mulai dari menjelaskan kategori sepeda dari mulai road bike, MTB hardtail, MTB full suspension hingga ukuran rangka yang cocok buat badan kita. Pak Ibung sendiri lebih memilih jenis hardtail, MTB hardtail lebih ringan di jalan aspal dan jarak jauh, lagipula saya tidak perlu untuk lompat dari ketingian rumah joglo ini ke tanah, sekedar buat 'fun' aja.
Merakit atau beli jadi?
Buat yang males repot repot dan ingin segera menggenjot saya si menyarankan bat beli jadi dulu, nanti kalau sudah semakin menggila bisa modifikasi sendiri kata pak Ibung. Sepeda saya ini bukan sepeda mahal loh , hanya body sepedanya saya cat ulang.

Apa sih gunanya?


Di bali ada lo komunitas MTB yang menggenjot sepedanya setiap hari, Saya sih meluangkan waktu sekira 3 kali lah seminggu itu sudah banyak sekali manfaat yang didapat kata pak Ibung. Yang jelas terasa untuk Pak Ibung dia ini dulunya perokok berat, sejak genjotan stop sama sekali (Konon katanya duit rokoknya ditabung buat upgrade sepeda ). Keringat yang keluar dari badan katanya seperti detoksifikasi mengeluarkan racun racun di badan. Sejak rajin mengenjot pun jadi lebih banyak memperhatikan lingkungan sekitar, Hanya perlu kurang dari 30 menit buat kami dari Puri Gading untuk bisa melihat tebing, laut dan medan yang variatif. Pernyataan pak Ibung yang sangat provkatif! Ya iyalah tinggalnya di Bali, di Jimbaran pula. Foto kiri, kaosnya Adr, warnanya kinclong biar keliatan buat alasan keselamatan.

Saya sendiri termasuk tipe orang dalam kerumunan yang sangat sulit untuk terprovokasi dan cenderung defensif dari provokasi amuk masa. Apa sepedaan genjotan ini gejala sesaat? Hanya trend? Dan pertanyaan ini pun keluar. Buat yang baru mau mulai genjotan kira kira perlu beli sepeda apa? dan harganya berapa pak? (sepertinya provoasi Pak Ibung efektif nih)

Pak Ibung menyarankan buat yang baru mulai sbisa mulai dengan polygon xtrada, tidak terlalu mahal dan cukup handal. Tidak terlalu mahal dalam arti investasi yang kita keluarkan sebanding lah, buat kesehatan daripada dipakai berobat mending dipakai beli sepeda kan (provokasi lainya nih..). Berapa itu pak? Yang paling murah itu dulu sekitar 1.7-1.8 an jutadulu, Tergantung parts yang kita pilih juga. Sekarang (spesifikasi standar polygon xtrada ini sekira 2.1 juta).

Saat itu sempat tercenung wah lumayan juga ya buat mulai genjotan. Ada lagi yang lebih murah tapi saya nggak sarankan soalnya bodynya masih terbuat dari besi ujarnya, jadi belum terlalu ringan. Ya muai 1.5 an keatas lah sudah pake body alloy. Setelah googling lebih banyak di situsnya polygoncycle.com ternyata lebih kaget lagi, ya memang harga standar sepeda segituan tahun 90an sepeda mtb raleigh di rumah rasananya masih sekira 350 ribuan. hehehe memang ngga bisa dibandingin dengan tahun 90 an jamannya memang beda dan teknologinya juga beda. Dulu belum ramai dikenal istilah double suspension, mtb hardtail dengan suspensi fork depan.

Setelah googling, untuk sepeda dengan pabrikan lokal polygon memang cukup serius jualan sepedanya. Katalog onlinenya cukup informatif, lengkap dengan spesifikasi harga. Kalau dibandigkan dengan dua produsen lokal lainnya, wimcycle dan unitedbike cukup jauh dari sisi marketingnya. Polygon lebih mengkhususkan diri pada sepeda sport dan MTB, Wimcycle dengan moto wimcycle idolaku,he...boh (dibaca dengan suara mengembik) kalau kita masuk situsnya wimcycle agak sulit untuk memunculkan MTB yang kita cari. Yang muncul pertama adalah sepeda anak anak(sepertinya ini memang core utama penjualan mereka). Sepeda mtb ini hanya muncul setelah di klik next next beberapa kali dan muncul di kategori sepeda biasa/common bike. Soal harga sebenarnya wimcycle lebih murah dari polygon (ergantung spesifikasi juga ).

Lain lagi United bike sepertinya cukup serius masuk di pasar sepeda sport& mtb yang paling disayangkan situs onlinenya tidak ada pencantuman harga dan tidak ada online formnya buat beli online. Jadi untukpabrikan lokal saat ini si polygon memang belum ada lawan.

Setelah googling di rodalink lebih jauh Kona juga menarik modelnya lucu lucu untuk katgori urban bike lebih asyik. Situs onlinenya lebih emosional dari polygon, disini sepedanya lebih berkarakter cocok digunakan untuk siapa, untuk keperluan apa,sayangnya sepeda ini bukan pabrikan lokal dan tentunya lebih mahal. Jadi pilihan sepertinya semakin mengerucut. Setelah sekira semigguan gogling disela sela waktu kerja akhirnya diputuskan untuk beli polygon astroz dan xtrada, Sesampainya di rodalink teuku umar denpasar ternyata kepincutnya dengan xtrada dan quatro untuk alasan sederhana, pilihan warna (dasar newbie)

Pembeli yang baik sebaiknya berbekal segudang pertanyaan dan dan penjual yang baik pastinya tau teknisnya. Bli sutris dari rodalink Denpasar Teuku Umar bisa menjawab setiap pertanyaan saya dengan memuaskan. Kona sama polygon bagus mana beli? Ya tergantung speknya pak, sambil melirik pada sebuah Kona Hitam bercat matt, depannya modern belakangnya retro bergaya sepeda ontel. Kona hitam ini dengan polygon quatro bagus mana? Bagus quatro pak, pilihan parts di quatro lebih bagus. Masuk akal sih karena si Kona ini masih import.

Ini lebih bagus pak, sambil menunjuk sebuah mtb yang digantung berbandroll diatas 3 jutaan,ini rem depannya sudah hidrolik seperti motor. Ngga ah itu dah diatas budget, kataku. Sepertinya bli sutris dari rodalink ini sudah ditraining dengan baik untuk memetakan budget pembeli. Bagus, jadi setiap pembeli bisa optimal untuk memilih sepedasesuai budgetnya. Akhirnya kami memutuskan untuk beli polygon quatro kombinasi warna hitam dan hijau buat saya dan xtrada kombinasi merah putih buat istri saya.

Sepeda MTB sekarang ternyata benar benar polos tanpa accesories sama sekali, tak ada spakbor depan dan belakang,tak ada standar/dongkrak. Dan yang menggiurkan berbagai embel embel ini dijual terpisah. Takut budget semakin bengkak. Akhirnya perangkat lainnya yang kami beli pompa zefal alumunium dengan pengukur tekanan ban. Pompa diangap perlu karena tukang pompa ban di sekitar rumah lumayan jauh, dan untuk menghindari alasan malas genjotan karena ban kempes. Spion kecil rasanya sangat perlu mengingat akan sering digunakan di jalan raya, dan klakson sepeda yang bentuknya juga lucu lucu mulai dari di punch ala tukang bakwan berbentuk action figure, sampai bell ala ontel. Bell ini sangat perlu mengingat banyaknya anjing kampung di perjalanan yang akan kami lewati. Suara Kliningan bel sepeda ini efektif buat membuyarkan kermunan dan konsentrasi anjing.

Si polygon quatro saya beri nama si katrok, dan xtrada merah putih istri saya namanya chips (erick estarada kan maen di chips)

Terepengaruh provokasi dan gejal sesaat?
Sepertinya nggak, mengingat lingkar pingnggang semakin bertmbah. Berenang ngga bisa, fitness males, jarang kan tempat fitness buka jam 6 pagi. Lebih setuju melihat sepedaan ini sebagai kebutuhan, badan kita kan butuh gerak masa cuman mata dan jari doang yang 5 hari x 8 jam gerak. Tergantung seberapa jauh juga kita sadar kalau badan kita juga butuh bergerak. Mumpung tinggal di seputaran denpasar utara yang dianugrahi trek naik turun yang rekreatif yang ternyata ngga kalah dengan treknya pa Ibung di Jimbaran.

Buat lebih memotivasi kami buat perjanjian pra genjot, dengan siapa? ya dengan diri sendiri. Setelah 15 trip akan ada reward'nya. Satu trip bisanya makan waktu satu sampai satu setengah jam, rekor terjauh baru sampai nyuh kuning ubud dari Sibang (terusan A. Yani Utara, Denpasar). Reward untuk 15 trip pertama helm sepeda. Kalaupun akhirnya nanti helm sepeda ini dibeli duluan jadinya utang trip. Selanjutnya bisa cyclo computer buat ukur jarak tempuh waktu keceptan rata rata, standar rodabelakang, spakbor belakang biar kaos ngga cepet kotor, Jok yang lebih empuk, sarung tangan, kaos, celana.

Sebenerya tanpa reward ini pun genjotan tetep asyik karena medan genjot di sekitar tempat tinggal kami naik turun ngga karuan, banyak tanjakan kontan , tanjakan yang disambung dengan turunan sekaligus. Dan yang paling asyik saya bisa pura pura olahraga tanpa dipaksa padahal kan lagi main main aja, bukan cuman anak kecil loh yang butuh mainan. Foto kanan : ika lagi nanjak di agantaka menuju singakerta, no more TTB.

4 komentar:

ikeow mengatakan...

15 trip pertama reward-nya keranjang sepeda aja. jadi sambil sepedaan bisa mampir ke minimarket beli chiki yang banyak ;P

Anonim mengatakan...

ow..bersepeda skrg ? asiknya..
pengen euy..tapi gak kebayang dari margahayu ke asia afrika.. :p cape duluan mikirinnya.. :D

-imgar-

prabhamwulung mengatakan...

lagi mencoba nih dari lubang buaya ke jl satrio.. kira-kira dari rumah yu kuan ke perempatan tempat steve kecelakaan motor dulu... masih ditambah asap kendaraan di Jakarta yang menggila...

priyatnadp mengatakan...

ika, kalo pake keranjang kurang gaya ehhehe

imgar, kita ngga sepedaan ke kantor kok, bike to work disini..walah...23 km dengan jalan menanjak + lembur, nggak kuat. Kalo seputaran margahayu dulu rute sepedaan lewat ciwastra, rancacili, riung bandung terus tembus ke gedebage, muter di samsat jalan rata dan lancar, cuman sekarang makin rame aja.

mas bham, tigernya dikemanain dong??apa dipake mo modal kawin ya?