Selasa, Januari 09, 2007

Jam Gadang

Bukit Tinggi atau Bukittinggi? Beberapa kota di Indonesia dinamai dengan dua kata seperti ini biasanya karena memang punya ciri yang khas seperti Bukit Tinggi yang memang terletak diperbukitan. Akhirnya kesampaian juga nyampe di kota Jam Gadang ini & jepret jepert pake si kacang s70ku. Seabis nganter ibu ibu, mba mba belanja di pasar atas kita langsung ke jam gadang yang emang di depannya banget. Ternyata jam gadang waktu menjelang magrib lumayan rame loh, emang dari pagi sampe sore selalu rame.


ini fotonya, dijepret waktu malem, langit siang yang mendung ngga bersahabat tetep asik membiru difoto menjelang magrib gini.

Mau tau lebih jauh lagi tentang jam gadang, ternyata banyak uniknya loh.




Dibangun sejak masa kolonial jam gadang ini udah beberapa kali ganti wajah, Jadi catet: bentuk aslinya nggak ada atap gonjong sama sekali, tapi dengan arsitektur kolonial yang kentel banget lihat wikipedia.

Apa aja sih uniknya jam bertinggi 36 meter dengan dengan dasar bangunan 13x4 m ini?

Angka empat romawinya ditulis IIII, bukan IV. Ketidak sengajaan? Yang jelas jam berdiameter 80 cm ini punya empat sisi jam.Empat sisinya ditulis dengan IIII, Jadi jelas-jelas disengaja, karena alasan estetis mungkin.

Kalo pada bentuk rangkiang, lumbung padi di Sumatra Barat membesar keatas dan kecil dibaian kakinya bangunan berdundak 4 ini justru mengecil ke atas. Memang bangunan ini baru dibangun saat masa penjajahan Belanda dengan arsitektr kolonial yang kental dibangun tahun 1926 dirancang arsirek Yazin & Sutan Gigi Ameh. Tidak banyak yang tahu juga kalo atap gonjong sekarang ini baru. ini beratap bulat kubah dengan patung ayam jantan diatasnya. Mmmm mungkin seperti bentuk gereja benduk yah..Trus jaman jepang konon bentuk atapnya seperti atap kuil Jepang. Nah baru pada jaman kemerdekaan ini beratap gonjong. Lihat foto tahun 60an disini. Ini foto tahun 1935 dari kitlv.com
Wah ternyata aslinya klokketoren emang ngga ada gonjongnya sama sekali. Ada patung hermesnya juga, kemana ya sekarang?

Jam berbiaya 3000 gulden saat pembangunannya dulu ini punya 2 tanga dan 2 lorong relung di bawahnya yang memungkinkan pejalan kaki tidak harus berjalan berputar tapi bisa menembusnya. Sayangnya bagian bawah ini dipagari saat ini.

Jam gadang sekrang masih terus ditata sebagai landmark Bukittinggi
mau lihat proses revitalisasi jam gadang olegh ciptakary/PU klik disini

simak juga pendapat pengamat kota Marco Kusumawijaya soal makin sesaknya Bukittinggi disini

Tidak ada komentar: