Kamis, November 09, 2006

Menteri menteri main iklan

Menteri menteri masuk tv? Apanya yang aneh? Biasa kan?

Siti Fadilah Supari, Bu menteri kesehatan yang mukanya mengingatkan saya pada tokoh mpok Minah di bajaj Bajuri tampil pada iklan layanan masyarakat Flu Burung.
Ada yang aneh?

Anton Apriantono menteri pertanian tampil juga dalam iklan layanan masyarakat masih flu burung juga.
Ada yang aneh?

Dua duanya hanya tampil sebagai speaker disana. Ngga ada adegan Pak Anton membersihkan kandang burungnya (mungkin akan lebih menarik). Atau Bu Supari yang menyiapkan sarapan untuk 3 anaknya supaya ayam tetap aman dikonsumsi.


Anton Apriantono pak menteri yang juga dosen IPB dengan jurus ala a’a Gym dengan singkatan singkatan huruf depan. Saya sendiri kurang bisa mengingat singkatannya apa aja, dan uraiannya apa aja. Maaf pak Bapak kurang remarkable di otak saya. Sekedar saran buat bapak jangan pakai awalan atau imbuhan buat singkatan, jangan singkat M untuk membakar misalnya, mendingan gunakan kata bakarlah!dan disingkat B, atau bak..sekalian. Cara menghapal huruf imbuhan sama sekali tidak efektif, setidaknya saat mengahapal poin-poin di pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan saat SMA, lebih baik gunakan kata dasarnya.

Baru baru ini Om Hatta Rajasa yang gaya rambutnya mulai mirip om Adnan Buyung Nasution tampil juga dalam iklan layanan masyarakat Kereta Api.
Jangan memaksakan diri naik ke kereta yang sedang melaju (…cape gila..)
"Jangan naik ke atap kereta Karena bisa membahayakan diri anda dan orang lain.." (saya suka pilihan kata orang lain disini, orang bisanya tidak terlalu terganggu bila disebut merugikan diri sendiri, dan sedikit terganggu bila disebut merugikan orang lain.)..
"Pemerintah sedang membangun jalur ganda dan gerbong-gerbong tambahan.."
Wah masih bisa saya ingat ternyata…
Mungkin karena om Hatta ini berbicara cukup padat, + ilustrasi gambar bergerak di layer.
Sayangnya…
Iklan ini baru muncul setelah banyaknya jatuh korban dari penumpang KA, yang naik atap yang memang tidak tertampung lagi didalam.
Terlambat?
Tidak ada kata terlambat, Om Hatta Rajasa pasti setuju.

Mungkin lebih menarik kalau ilustrasi saat orang mengejar KA, atau memanjat atap diperankan sendiri oleh om Hatta Rajasa, tentunya sebagai aktor dadakan akan memahami kenapa saya perlu mengejar kereta yang sedang bergerak kenapa saya perlu memanjat atap kereta daripada sekedar berkata itu akibat tidak mengikuti aturan.

Bang Yos, yang saya sendiri lebih sreg menyebutnya Mas Yos. Muncul saat bulan ramadhan dalam sosialisasi basi bus way. Hebatnya mas Yos, masih sempat minta maaf soal kemacetan Jakarta dalam pembuatan jalur bus way.
Terlambat?
Tidak ada kata terlambat kan buat meminta maaf, Mas Yos pasti setuju.

Masih merasa tidak ada yang aneh? Wajar?

Saya coba inget inget kapan daya ingat saya mulai bekerja. Seenggaknya umur 3 tahun. Waktu itu Papa lagi ada proyek di Bengkulu bikin dermaga laut Pulau Bay. Yang saya inget juga di mess karyawan Propelat waktu itu nonton iklan layanan masyarakat dengan TV berwarna, TV rumah dulu masih item putih. Isinya tentang demam berdarah, anak perempuan yang digigit nyamuk yang digambarkan dengan karakter nyamuk kartun garis garis hitamputih, tiba tiba jadi demam, trus timbul bintik-bintik merah di tangannya. Lalu ambulan datang dengan sirine meraung raung. Iklan layanan masyarakat tentang bagaimana penanggulangan gejala demam berdarah, dan bagaimana pencegahannya. Iklan sederhana yang cukup membuat ngeri anak 3 tahun waktu itu, ada batuk darahnya segala, ngga mau kaya gitu, ngga mau digigit nyamuk, dan yang saya ingat ngga ada sosok menteri kesehatan disitu.

Di bukunya Rosihan Anwar pejabat Negara bisa dibagi 2 dari sisi kemampuan berakting (baca publik speaking) Sukarno presiden RI ke satukatanya termasuk yang jago, walaupun kalau ditulis ulang skriptnya banyak sekali pengulangan, kata dan kalimat kalimat yang tidak terlalu perlu, ya namanya juga kalimat retoris. Sesudah ini agak jarang tokoh Negara yang jago berakting satunya lagi yang plain-plain aja, lalu kenapa bapak dan ibu menteri ini memaksakan diri jadi aktor yah. Kasian para aktor dong, sementara untuk main sinetron udah pun sudah ditake artis-artis muda pendatang baru yang wajahnya bisa muncul di 2-3 sinteron sekali tayang.

Dalam bahasa desain apapun bidangnya, selalu ada konsep, ide, penggodokan ide, exercise, eksekusi lalu presentasi. Dari conto menkes, mentan, dan mentri transportasi semuanya mentok di tahap konsep lalu dipresentasikan tentunya dengan tokoh utama si menteri tadi.

Iklan layanan masyarakat yang agak lumayan akhir akhir ini menurut saya yang sisnistik subyektif ini misalnya iklan tenang uang dari Bank Indoenseia, 3D..waduh saya lupa di.., di..di.. , diremek2, distaples, dibasahin, atau apa ya (jangan pake awalan dideh jadinya I apain aja bisa kan enakan kalo singakatan2 yang dibuat pejabat berawalan dari kata dasarnya aja bukuna berupa imbuhan awalan gini) jadinya kurang remarkable juga. Yang agak mendingan ada public figure (bukan menteri) Artika Sari Devi, ada theme song (dangdut) yang notabene dekat dengan masyarakat.
Lumayan, kan menterinya atau gubernur BInya ngga keluar.

Ada juga 17-22nya dengan Lidya Kandow & Rieke Diah Pitaloka yang walaupun naskahnya sederhana sekali dan masih menggunakan jurus ibu-ibu pengguanaan kata 17-22 bisa saya ingat dengan baik. Walaupun Edy Widiyono dirut PLN sempet beriklan juga soal kenaikan tarif listrik.

Menggunakan public figure bisa jadi masalah juga, masih inget fans A’a Gym yang tidak setuju aa terlibat dalam iklan layanan masyarakat kenaikan BBM, atau Mat Solar Bajuri yang diprotes gara gara tampilannya diiklan kenaikan BBM padahal tokoh ini dianggap sangat representaif untuk mewakili orang kecil (tapi berbadan besar) di jakarta.

Kalau iklan komersial bisa kreatif, iklan layanan masyarakat mustinya bisa dibuat kretif juga, kalau perlu disayembarakan seperti iklan sosialisasi pemilu dulu. Tentunya tanpa harus repot-repot memaksa Bapak atau mentri ikutan syuting. Tapi mas…ngga dipaksa tuh Ibu menteri sendiri yang mau kok…

Jacky Chan membintangi iklan layanan masyarakat memerangi flu burung, mungkin akan lebih menarik kalo JAcky ikutan juga membintangi iklan layanan masyarakat versi Hatta Rajasa.

Sebenernya bisa ada kerjasama menaraik antara pemerintah dan tv swasta soal penanyangan iklan layanan masyarakat, kalau perlu melibatkan swasta juga, bisa berupa pengurangan pajak dari tv swasta pemasang iklan layanan masayarakat atau suporter dari produk pendukung layanan masyarakat. Kalau PPN untuk iklan tayang di tv dikurangi 5% saja dari 10% banyak program program yang bisa masuk & sampai ke penonton tv. Musti dipantau juga eksekusinya untuk menghindari iklan layanan terselubung. Kalau mekanismenya sudah jelas begini Mas Yos tentunya tak perlu repot repot minta jatah iklan untuk sosialisasi FLU Burung di Jakarta dan tentunya tak perlu repot repot ikutan syuting.








3 komentar:

ikeow mengatakan...

makanya pak/bu menteri...hire in-house designer doong...mulai dari arsitek,grafis,produk,periklanan...lumayan membuka lapangan kerja...

prabhamwulung mengatakan...

tulisan yang menarik dan lucu.. sampe tertawa geli sendiri membaca tulisan anda, bung!
and bisa jadi kolumnis nih tampaknya... memperhatikan hal2 detil dengan sangat baik..

Abdoel Haris mengatakan...

Memang sekarang jaman iklan semua orang ingin dikenal sebagai orang baik.

Tidak peduli mampu atau tidak yang penting dapat uang.

Ingin dapat uang secara halal



coba review ini