Rabu, Januari 10, 2007

Tari Piriang


foto:m'pri

Disini tempatnya kalo mau lihat tari-tarian Sumatra Barat biasanya mulai setengah sembilan malam, kata Pa Ridwan supir Mitsubishi L300 yang kami tumpangi. Setiap hari Selasa malam, wah kebetulan sekali hari ini hari Selasa. Hari ini cukup melelahkan setelah melalui 88 kelokan (2X44 kelokan pulang pergi di kelok 44) menuju Danau Maninjau. Trus menemani Ibu,Mbak dan Adik belanja aneka bordir dan kerudung di pasar atas Bukit Tinggi, katanya harganya cukup bersaing dengan Tanah Abang. Sorenya ngga lupa ambil foto jam gadang, landmark Bukit Tinggi, ngga mampu ke Big Ben London, yah ini versi generiknya. Cukup melelahkan,tapi rasanya tanggung kalo ke Bukit Tinggi tak sekalian melihat tarian tradisionalnya.





Menonton tarian tradisional sebelumnya bukan hal yang menarik bagi saya, saya mulai menikmati justru ketika tertarik dengan fotografi. Menikmati tarian dengan cahaya temaram dengan cahaya seadanya memberikan keasikan tersendiri. Jauh berbeda ketika kita melihatnya dalam tayangan tv, terkesan membosankan mungkin karena interaksi langsungnya ngga kerasa ya. Dengan bekal Canon EOS 350D, 50mm 1.8 rasanya sudah cukup. 2 lensa lainnya dengan bukaan terbesar 5.6 dan 2.8 tak terpakai karena temaramya cahaya.

Setelah mendrop barang check in di hotel dan istirahat sbentar,telepon di kamar berdering.Jadi nonton?
Yup..kami pun bergegas ke bawah bersama rombongan kecil 6 orang saja.Tak lama meluncur dari hotel sampai di lokasi yang tak jauh dari jam gadang. Di gerbang beberapa orang pemuda berdialek padang menyambut kami. Petunjukan memakan waktu 2 jam katanya, sebagian sudah di potong...kalau ikut kurikulum resminya..boring bang..penonton biasanya bosan. 40 ribu untuk 2 jam pertunjukan tiketnya, Kami pun masuk sambil membawa selembar brosur pertunjukan berbahasa inggris yang difotokopi di atas kertas merah jambu dengan teks yang tidak merata kehitamannya. Disana tertulis GASTARANA, Sanggar Seni Tari Nusantara, Bukit Tinggi Sumatera Barat present Traditonal Minangkabau Arts, Dance, Music, Matial Art of Self Defense. Prihatin sekaligus bangga. Prihatin kenapa tidak dibuat lebih serius, bangga karena tanpa harus membawa bergantung nama pemda, pemkot, ataupun sponsor pertunjukan ini masih bisa terus berlangsung dengan swadaya.

Di dalam sudah ada rombongan turis berkulit sawo matang, dari Malaysia tampaknya, dan Opa & Oma tidak berbahasa Belanda. Turis lokal dari Bandung (kami) dan beberapa rombongan kecil keluarga, sepertinya perantau asal Sumbar yang ingin menunjukan pada anak-anaknya budaya tradisional Sumbar. Panggungnya cukup sederhana sepertinya bagian dari teras rumah yang disulap jadi arena peryunjukan. Mengingatkan saya pada dekorsi pernikahan Gusti Randa& Nia Paramita warnanya semarak dengan warna warni emas yang festive lengkap dengan kursi khas pelaminan yang berwarna merah menyala. Kalau tertarik dengan baju baju, kain, yang dipakai di pertunjukan ini semuanya bisa didapat di Pasar Atas Bukit Tinggi.

Setelah di buka MC berpakaian tradisional Sumatera Barat pertunjukan dimulai...Pak Tua berpakaian ungu berpeci miring masuk panggung dengan gayanya yang cuek, lalu mengambil posisi di depan gamelan, mukanya sekilas mirip dengan Taufik Ismail, tapi Pak Tua tak berkata sepatah dia memegang dua pemukul Talempong (gamelan khas Sumatera barat).



Tak lama kemudian anak anak muda berpakaian tak kalah semaraknya masuk. Pak Tua memegang melodi utama, 2 anak muda lainnya memegang 2 suara lainna. Jadi ada 3 nada yang dimainkan masing masing dengan 2 pemukul, seorang pemain akordeon, seorang peniup suling tradisional Saluang, yang ternyata adalah si penjual tiket di gerbang depan tadi. Alat musik disini sudah di mix dengan sentuhan modern, ada bass, dan drum juga, sempat kecewa melihatnya..wah kok pake bass & drum juga, namun setelah dimainkan justru menambah nuansa musik melayu, sama sekali ridak menganggu. Kata adik adik drummernya mirip Tyo Nugros..halah. Nah ansamble ini bertajuk Talempong Pacik, katanya bisanya dimainkan saat ada upacara pernikahan.

Manggua Tabuah
Tabuah (tabuh=melayu) di jawa lebih dikenal dengan sebutan Bedug. Bedanya dengan bedug di Jawa yang besar dan bongsor, Tabuah di Sumbar panjang, Besar di penampang berselaput kulit mengecil ke ujung yang terbuka. Pembawa acara dengan bilingual Inggris dan bahasa mengatakan Tabuah ini digunakan untuk menginfromasikan berbagai keperluan. Saat ada kematian...Tabuah pun dibunyikan..Saat berkumpul...Tabuah pun dibunyikan...Sebelum Adzan, tabuah pun dibunyikan. Sekilas mengingatkan saya pada suara kentongan di Bale Kulkul di Bali dengan jenis kentongan yang berbeda untuk tiap acara. Kalau menengok alam Sumatra Barat yan berkelok elok, Ngarai, Gunung, sepertinya tabuah ini memang perangkat yang sangat efektif terdengar di kejauhan. Terakhir Tabuhan saat Idul Fitri, dengan ritmik cepat tak kalah dengan Safri Duo, Satu Tabuah dikeroyok 4 orang penabuh dengan gema takbirnya..yang membuat merinding....
Allaaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar..

Selanjutnya berbagai tarian dan musik diawali dengan tari pasambahan tarian penyambutan yang menyimbokan keramah tamahan dipertunjukan untuk menyambut tamu terhormat. Upfgh.. jadi tersanjung, mereka membagikan daun sirih. Ada juga Tari Indang Menggambarkan kedatangan Islam di Sumatra Barat. Syairnya katanya menggambarkan keagungan Allah, apapun yang dilakukan adalah untuk mendapata ridhonya. Lalu ada sejenis rampak bedug tabuhan tabuhan dengan ritme yang rapat, dengan gaya yang bervariasi, Ada Tari Payuang, Saluang Jo Dendang, Tari bagurau, Aluang Bunian (musik intrumental).





Selain tarian ada juga Silek (silat). Diperagakan dua pemuda dengan lincah, dengan latar musik tabuhan ritmik yang ditabuah dengan semangat. Yang menarik dibanding silat tradisional lainnya dari berbagai daerah di Indonesia, pada pembukaan yang menyerupai tarian (kalo di Jawa barat disebut pencak) terdapat gerakan gerakan depa pada satu kaki di depan,tangan menyapu ke tanah mengusap ke muka menyerupai gerakan seperti berdoa sebelum bertarung. Adegan selanjutnya cukup membuat beberapa penonton meringis, melihat tebasan tebasan parang yang berpindah tangan, dengan kombinasi lompatan harimau. Kombinasi yang cukup unik antara hit & punch sekaligus kuncian kuncian mematikan, kombinasi pertempuran atas bawah dan tidak kalah dengan Brazilian JiuJitsu. Sama sama diseting seperti smackdown, namun tidak ada kecongkakan yang dipertontonkan. Selain itu ada juga adegan bakar bakar badan dan menyembur dengan api.



Lampu dimatikan...suasana hening sekarang giliran tari piriang = tari piring, Tarian yang cukup terkenal dari Sumbar. Dua orang gadis membawa piring dengan lilin pada pring, dikedua tangan dan juga kepala. Pemakaian lilin yang menyala membawa suasana yang berbeda..tone musik yang melembut, dengan sedikit imajinasi dua kepala penari ini tampak seperti terbang..Katanya lilin menyala pengaruh dari minangkabau lama saat masa hindu pra-Islam. Musik lembut berganti menjadi cepat Wah kali ini Ibu pembawa acara yang fasih bilingual sendiri yang menginjak injak pecahan beling. Katanya tari piring ini menyimbolkan kebahagiaan saat panen tiba. Secara fisika beling yang ditumpuk lalu diinjak injak tidak akan melukuai kaki, asalkan bebannya merata pada permukaan kaki. Kontak antara telapak kaki dan gunungan beling akan membuat gunungan beling jadi rata dan tidak melukai kaki, begitu penjelasan ilmiahnya, berani coba? ngga ah makasih. Nggak cukup disitu beberapa piring ditumpuk lalu Si Ibu ini pun menginjaknya dengan pede, penonton mengejutkan kakinya dan menjauhkan badannya dari arena pertunjukan aw.......... Pantesan belingnya semakin lama
semakin menggunung, minimal 5 piring kecil diinjaknya setiap selasa malam.

Tarian terakhir, Tari Salendang. Wah yang ini pengunjung diajak ikut menari sebelum pulang. Cukup puas rasanya melewatkan Selasa Malam di Bukit Tinggi 2 jam pertunjukan pun terlewat begitu saja tanpa terasa. Fotonay menyusul...

Kalo masih penasaran & ingin kontak langsung sama Gastarana ini alamatnya
Jl,Sukarno Hatta, Karan no 4, Garageh –Bukit Tinggi, Sumatra Barat, 0275235057, e-mail:gastarana@yahoo.com




Selasa, Januari 09, 2007

Jam Gadang

Bukit Tinggi atau Bukittinggi? Beberapa kota di Indonesia dinamai dengan dua kata seperti ini biasanya karena memang punya ciri yang khas seperti Bukit Tinggi yang memang terletak diperbukitan. Akhirnya kesampaian juga nyampe di kota Jam Gadang ini & jepret jepert pake si kacang s70ku. Seabis nganter ibu ibu, mba mba belanja di pasar atas kita langsung ke jam gadang yang emang di depannya banget. Ternyata jam gadang waktu menjelang magrib lumayan rame loh, emang dari pagi sampe sore selalu rame.


ini fotonya, dijepret waktu malem, langit siang yang mendung ngga bersahabat tetep asik membiru difoto menjelang magrib gini.

Mau tau lebih jauh lagi tentang jam gadang, ternyata banyak uniknya loh.




Dibangun sejak masa kolonial jam gadang ini udah beberapa kali ganti wajah, Jadi catet: bentuk aslinya nggak ada atap gonjong sama sekali, tapi dengan arsitektur kolonial yang kentel banget lihat wikipedia.

Apa aja sih uniknya jam bertinggi 36 meter dengan dengan dasar bangunan 13x4 m ini?

Angka empat romawinya ditulis IIII, bukan IV. Ketidak sengajaan? Yang jelas jam berdiameter 80 cm ini punya empat sisi jam.Empat sisinya ditulis dengan IIII, Jadi jelas-jelas disengaja, karena alasan estetis mungkin.

Kalo pada bentuk rangkiang, lumbung padi di Sumatra Barat membesar keatas dan kecil dibaian kakinya bangunan berdundak 4 ini justru mengecil ke atas. Memang bangunan ini baru dibangun saat masa penjajahan Belanda dengan arsitektr kolonial yang kental dibangun tahun 1926 dirancang arsirek Yazin & Sutan Gigi Ameh. Tidak banyak yang tahu juga kalo atap gonjong sekarang ini baru. ini beratap bulat kubah dengan patung ayam jantan diatasnya. Mmmm mungkin seperti bentuk gereja benduk yah..Trus jaman jepang konon bentuk atapnya seperti atap kuil Jepang. Nah baru pada jaman kemerdekaan ini beratap gonjong. Lihat foto tahun 60an disini. Ini foto tahun 1935 dari kitlv.com
Wah ternyata aslinya klokketoren emang ngga ada gonjongnya sama sekali. Ada patung hermesnya juga, kemana ya sekarang?

Jam berbiaya 3000 gulden saat pembangunannya dulu ini punya 2 tanga dan 2 lorong relung di bawahnya yang memungkinkan pejalan kaki tidak harus berjalan berputar tapi bisa menembusnya. Sayangnya bagian bawah ini dipagari saat ini.

Jam gadang sekrang masih terus ditata sebagai landmark Bukittinggi
mau lihat proses revitalisasi jam gadang olegh ciptakary/PU klik disini

simak juga pendapat pengamat kota Marco Kusumawijaya soal makin sesaknya Bukittinggi disini

Rabu, Januari 03, 2007

Travel Bandung Cengkareng

Bandung-Cengkareng

Berangkat dari Bandung ke Jakarta lewat darat lalu dari dilanjutjkan CGK-DPS memang jadi pilihan yang murah. Sampai hari ini penerbangan dari Bandung ke berbagai kota di Indoensia masih terbatas, dan hanya tersedia satu jenis maskapai penerbangan, Merpati yang tiketnya tidak terlalu murah. Selamat tinggal merpati...



Biasanya saya pilih kendaraan travel dari Bandung ke Cengkareng dengan Buahbatu travel, karena mereka yang paling sering pasang iklan mini di Pikiran Rakyat. Dengan 135 ribu, dijemput dari rumah masing masing kita bisa sampai airport tanpa repot. Bandingkan dengan rute ini
-Dari rumah naik angkot ke Stasiun Bandung (Rp 6ribu) trus ke Gambir lalu Rp(70 ribu) lalu Cengkareng (10-15 ribu?)
-Dari rumah naik angkot ke Leuwi Panjang (6ribu) trus Kampung Rambutan (30ribu?) kemudian Cengkareng (10-15 ribu?)
Dengan repotnya naik turun bawa tas gede, notebook di punggung, untuk alasan keamanan dan kenyamanan capek deh..

Pertama kali naik travel ini cukup salut juga, walaupun saat itu hanya 1 penumpang saya sendirian mereka berangkat juga, salut.Travel ini pun melayani jasa penjemputan dari Cengkareng ke Bandung, dengan operator yang sigap di lapangan dengan HPnya. Tertarik dengan Buahbatu transport ini lihat saja iklan mini hari ini di HU Pikiran Rakyat, hari ini nomer telponnya lengkap disana, untuk yang di Bandara maupun di Bandung, atau langsung berhubungan dengan operator lapangan dengan HPnya, tarifnya tetap sama 135 ribu sampai rumah masing-masing di Bandung. Saya masih belum kecewa dan dikecewakan dengan Buahbatu transport ini, semoga terus begitu. apalagai saat harus landing di CGK saat tengah malam, asal kita book dulu sebelum flight mereka siap antar walaupun tengah malem di bandara. Nah belakanga ini ada alternatif lain yang lebih murah.

MODA AIRPORT BUS
BSM-SOETTA,
No Tiket : 12285
....

Begitu tulisan di selembar tiket yang di print dengan printer dot matrix pada selembar tiket. Siapakah soetta? soetardjiono?

Bus Primajasa jurusan BSM-BSH, Sempat melihat bus ini mondar mandir dikota Bandung beberapa waktu lalun namun baru kemarin saya berkesempatan mencobanya(Bandung Supermall-Bandara Sukarno hatta) Entah kenapa bukan di tiket tertulis BSM-SOETTA, BSM-BSH lebiih menarik kedengeranya ada rimanya, terdengar seperti Bandara Supermall & Bandung Sukarno Hatta...halah..) Kenapa ngga BSM-CGK aja ya sekalian atau BDG-CGK. Penulisan CGK saya pikir lebih pas, mengingat kode ini dipakai untuk kode penerbangan di seluruh Indonesia, juga penerbangan internasional ke indonesia/Bandara Sukarno Hatta=CGK. Komentar yang ngga penting sebernnya...tapi kan..

Jempol untuk label bagasi,
Selain ada loket tiket ada ruang tunggu buat calon penumpang di BSM + tempat nyimpen tas buat diangkut ke bagasi sebelum boarding (ke bus). Tas buat di bagasi pun langsung dilabeli A, maksudnya terminal 1A tempat penerbangan domestik. Cerdas, mengingat si bus akan hingap dalam waktu yang singkat sekali di terminal keberangkatan, sebelum diusir mobil patroli Bandara dengan TOAnya. Petugas berbatik dari primajasa pun dengan sigap akan membantu menaikan dan menurunkan bagasi kita.

Bus Jurusan Bandung Cengkareng ini berangkat setiap jam dari Bandung ke Jkt berangkat on time (banget) sampe ngga sempet foto buat ditemplok di blog ini. Dari jam 02 pagi sampi jam 15.00 sore, atau dari cengkareng dari 08.00 hingga 21.00 setiap satu jam sekali, di lapangan ada juga keberangkatan 10.30 atau di waktu padat lainnya sepertinya lebih padat jadwalnya. Untuk reservasi kita musti call sehari sebelumnya, kalaupun mau go show biasanya masih banyak tempat available tiketnya murah 60 ribu saja dengan kapasitas 36 penumpang. Sambil nunggu berangkat bisa jalan-jalan dulu di BSM, Busnya masih bagus-bagus, AC, terawat ada WC dalem tapi ngga ada tvnya, seingat saya, pernah naik bus yang sama jurusan Leuwi Panjang-Kampung Rambutan pake tv deh (sekira tahun 2002-an) mayan kan dapet 1 dvd tuh diperjalanan (konsumen emang banyak maunya yah). Yang unik sebelum berangkat ada kernet yang mimpin do'a bersama sebelum berangkat (mengingatkan saya pada pramugari yang selalu memperagakan cara menggunakan alat-alat keselamatan tapi tidak pernah sama sekali mengingatkan untuk berdo'a). Satu jempol lagi deh buat primajasa.

Untuk yang masih penasaran dengan jadwal keberangkatannya Primajasa silakan kontak di 022-9101611 atau 022-9101622 untuk Bandung, atau 021-68758792 atau 021-68758793, atau 021-55915555 atau 021-55915678, nah komplit kan...

Updated 10 Oktober 2007:
Kalo sampe di cengkareng jam 1,2 malem pake apa? atau kalaupun siang tapi ngga mau repot repot dan langsung diantar ke rumah. Ini no telepon Buahbatu Travel, langsung aja kontak ke 022-70664200, 022-7230987, atau kontak di Jakarta 021-55796310, 021-70420387. Atau kalau sampe kemaleman banget sampe di cengkareng dan bingung mau ke Bandung pake apa, bisa langsung telpon Pak Jhony di 0856218172586 bilang aja temenya si m'pri, pasti nanti dia bilang haa...?sapa juga itu. Atau tinggal cari aja pria berpakaian safari ala paspamres dengan ame tag Jhony Buahbatu travel. Kata Pak Jhony ini sampe jam tiga masih kita tunggu...kalo ada temennya di pesawat kiri kanannya gitu yang mau ke Bandung kasih tau juga aja sekalian katanya. Mungkin kalo didiskon buy 4 get 1 good deal hehehe.

Oh yah review ini tidak disponsori oleh Buahbatu Travel maupun Primajasa, Nggak ada topi atau kaos untuk tulisan ini yang saya dapet. Semoga membantu, tag travel Bandung Cengkareng, Cengkareng-Bandung ini termasuk yang paling banyak dicari di blog ini.

Ada alternatif lebih murah lagi sebenernya daripada Bus ini...
nebeng, cari tebengan, minta dijemput Pacar, Kakak, Sodara, Orangtua, masih jadi alternatif paling murah. :D. Kedepannya mungkin bakal lebih semarak lagi masih ada rencana atas diatas kertas untuk Jalur kereta api Cengareng Bandung.