[bagian kedua]
Melanjutkan posting sebelumnya kenapa awal dan akhir ramadhan seringkali berbeda? Khilafiyah? Ini ada artikel artikel menarik yang saya coba kumpulkan karena penasaran dengan pertanyaan seorang teman yang justru bukan seorang muslim Terimaksih Pak Ketut, Saya jadi semangat nyari jawaban yang lebih valid. Ini hasil istirahat makan siang di depan komputer. Walaupun sekedar googling, narasumber2 di link2 ini bisa dipercaya dan valid mengingat background keilmuan masing-masing di bidang astronomi.
Artikel Pak Mutoha JAC, Jogya Astronomi Club singkat padat lugas, up to date
http://mutoha.blogspot.com/2006/09/hilal-ramadhan.html
disini dibahas kriteria penentuan awal bulan versi, dilengkapi dengan alasan dan dalilnya.
1. Rukyatul Hilal (bil Fi'li), yang digunakan NU terutama ulama tradisonal. Sekedar tambahan di padang sebagian warga NU memulai Shaum pada hari senin, setelah melihat hilal secara nyata.
2. Hisab Wujudul Hilal , yang digunakan Muhamadiyah sejak 1969 dan Persis. Dasar pemikirannya sulit untuk melihat hilal secara langsung.
3. Imkanur Rukyat MABIMS, versi pemerintah Indonesia antara Negara Negara ASEAN.
Ketika matahari terbenam, ketinggian bulan di atas horison tidak kurang daripada 2° dan jarak lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang daripada 3°. Atau Ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang daripada 8 jam selepas ijtimak/konjungsi berlaku. Kriteria yang diharapkan sebagai pemersatu terhadap perbedaan kriteria yang ada nampaknya belum memenuhi harapan sebab beberapa ormas memang menerima, namun ormas yang lain menolak dengan alasan prinsip.
4. Rukyat Global ( Matla al Badar ). . Penganut kriteria ini berdasarkan pada hadist yang menyatakan, jika satu penduduk negeri melihat bulan, hendaklah mereka semua berpuasa meski yang lain mungkin belum melihatnya.
Artikel oleh Hendro Setyanto, Observatorium Bosscha-FMIPA ITB, Biro Pengembangan dan Penelitian Lajnah Falak NU, di harian kompas, pada rubrik fenomena alam, Hisab-Rukyat sebagai Media Pendidikan Sains Publik
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/22/sorotan/2967703.htm
dari tulisannya sebagai Nahdiyin Muda yang intelektual terlihat warga NU tidak lagi mutlak hanya mengacu pada hilal bil Fi’li maupun imkanur rukyat. (pada tulisan Pak Mutoha).
Dari dua artikel diatas kalau dibaca seksama tidak ada pertentangan metode hisab & rukyat apalagi dengan metode yang modern dan memungkinkan untuk dibuat system penanggalan hijriyah yang sama/global setidaknya untuk satu daerah waktu. Untuk mencerna dengan pikiran jernih identitas golongan, berbagai alasan politis, perlu dinomorduakan. Karena kebersamaan dalam penanggalan hijriah dirindukan semua golongan.
Memungkinkankah harapan itu?
Kapan?
Kalau masih penasaran dengan metode yang lebih scientific dengan metode astronomi modern, ditambah koresponden/pengamat dari berbagai Negara, ini websitenya
http://www.icoproject.org
tentang hilal ramadhan di website icoproject. Di site ini kita bisa melihatdi mana bulan baru dengan mata telanjang, dengan alat bantu, dan di tempat mana bulan baru tidak dapat dilihat sama sekali. Untuk simulasi digunakan software Accurate Times, karya oleh Mohammad Odeh.
Selain berdasar simulasi, diperkuat juga dengan pengamatan dari berbagai titik di dunia oleh anggota icoproject.
Melihat beberapa hari kebelakang perbedaan 1 Ramadhan 1427 H
http://www.icoproject.org/icop/ram27.htm
Mengapa arab Saudi memulai puasa hari sabtu 23 September 2006?
Disini ada yang menarik, diwebsite ini diketahui Arab Saudi yang menentukan awal puasa berdasarkan kesaksian dari 4 orang saksi mata. Keputusan Saudi banyak mengejutkan ahli astronomi termasuk di Saudi sendiri,mengingat menurut perhitungan astronomi modern mustahil terlihat bulan baru dengan alat bantu sekalipun apalagi dengan dengan mata telanjang. Dan baru terlihat Jika menggunakan alat Bantu di sekitar kepulauan pasifik .
Seoang member icoproject yang melakukan pengamatan hilal pada Jum’at mengatakan:
"I just wanted to say: Happy Ramadhan for you and your families, asking Allah to help us and accept our good works. Please be sure that none of the six comities has seen the crescent on Friday, they started the month according to other people. Thanks to ALLAH they did not start it Friday."
Coba lihat juga data peneropongan bulan di jerman(arsip September) http://www.gothard.hu/astronomy/almanach/moon-phases/html/moon-phases-2006-09.html
Menurut Pak Mutoha dalam catatanya di
http://mutoha.blogspot.com/2006/09/hilal-ramadhan.html keputusan Saudi ini tidak lepas dari bahwa jauh jauh hari sebelumnya Arab Saudi dalam kalender Ummul Quro telah menentukan awal Ramadhan pada Sabtu, 23 September 2006.
Alasan Politis ??? ( 3 tanda tanya, tanya kenapa?)
Keputusan Saudi diikuti oleh keputusan pemerinah UAE, Qatar, Bahrain, Yemen, Palestine, Sudan, Denmark, Austria, Swizterland.
Penasaran kapan 1 Syawal 1427 H terjadi, bisa diliat di awal diwebsite ico project
http://www.icoproject.org/icop/shw27.html
website lain tentang pengamatan bulan, seperti pada ICOproject. Bedanya ini menggunakan software moon calc 6 karya Dr. Manzour Ahmed. Sepintas tidak jauh berbeda dengan Accurate Times karta Mommad Odeh. Data data di website ini pun dilengkapi dengan narasumber pengamatan lapangan dari berbagai titik di dunia.
http://moonsighting.com/
moonsighting syawal
http://moonsighting.com/1427shw.html
moonsighting ramadhan
http://moonsighting.com/1427rmd.html
Berbagai fase bulan, dari penoropong bulan di Jerman
http://www.gothard.hu/astronomy/almanach/moon-phases/html/moon-phases-2006-09.html
http://www.gothard.hu/astronomy/almanach/moon-phases/html/moon-phases-2006-10.html
Sangat menarik kita bisa liat versi realtimenya diupdate terus, sayang bahasa jerman, kalau yang ngga ngerti buka pake web translator wordlingo.com (free) atau google juga bisa.
Silahkan pilih,..ikut yang mana? Saya ikut yang mana? Sudah sebrek fakta dan data diatasa kok masih bingung.
Bersambung….
Semoga bermanfaat.
m’pri
Selasa, Oktober 10, 2006
Khilafiyah Ramadhan 1427 H
Diposting oleh priyatnadp di 1:51 AM 0 komentar
Minggu, Oktober 08, 2006
Khilafiyah Ramadhan
[Bagian satu]:
Pak Ketut teman kantorku nanya, Kapan lebaran Pri? Aku jawab 1 syawal,.. apa tuh? 1 syawal itu ya waktunya lebaran hehehe, tepatnya kapan tuh? Wah belum liat tanggal persisnya. Sambil kerja diskusi pun berlanjut. Di kantor ini jauh di pelosok desa Ubud, hanya 2 yang muslim, lainnya Hindu,Kristen, dan terserah.
....
Kenapa yak suka beda beda gitu? Tanya Pak Ketut Selanjutnya. Dengan pengetahuan seadanya saya coba jelaskan. Di sini, Bali, orang sangat terbiasa melihat tanda tanda alam saat purnama,a atu saat bulan mati, pada waktu tertentu penuh ada upacara bulan purnama. Jadi gini pak Ketut, kalo bulan baru menurut perhitungan Islam, bulan baru itu dihitung sesaat setelah bulan mati, bulan baru yang tipis sekali yang baru muncul. Rumah saya kan menghadap ke Timur Pak Ketut, nah Kalau waktu bulan penuh purnama gitu. Kan gampang tuh dilihatnya posisinya ada di Timur. Kalau Bulan baru posisinya kebetulan lagi ada di Barat, saat matahari tenggelam gitu susah sekali melihatnya karena deket banget dengan matahari terbenam.
Nah itu satu, ada juga yang berpedoman pada perhitungan kalender. Jadi kalkulasinya berdasarkan perhitungan saja, kalau bulan belum kelihatan. Pak Ketut pun menganguk-angguk, Iya ya susah juga liat bulan baru kalau purnama sih gampang.
Seberapa penting kah awal dan akhir ramadhan disamakan?
Bisa dijawab dengan jawaban versi 1, dalam islam ada Ijtihad dengan berijtihad kesimpulan yang salah mendapat nilai 1, yang benar dapat 2. Tidak ada nilai minus disini. Din Syamsudin ketua MUI di harian Kompas pernah mengatakan , pemerintah tidak perlu menetapkan awal dan akhir ramadhan, Karena emang bisa berbeda beda dan perbedaan (khilafiyah) itu diperbolehkan dalam Islam. Penentuan awal dan akhir ramdhan oleh pemerintah akan menimbulkan seolah olah ada kesan memihak menurut Din.
Jika anda merasa sudah cukup puas dengan jawaban ini berhentilah sampai disini. Tutup halaman ini, wasalam.
Bisa dijawab dengan jawaban versi 2.
Jawaban 2a.
Penting, sangat penting. Karena ini menyangkut halal dan haram. Boleh dan tidak boleh, Kalau yang subhat saja sebaiknya dihindari, (Pakde Rofi apa ya hadistnya?) apalagi masalah halal dan haram. Diharamkan berpuasa saat hari tasriq, 1, 2 syawal. Jadi masalah penting yang tidak bisa diangap sepele.
Jawaban 2b.
Penting sangat penting karena zakat fitrah harus sudah dibagikan sebelum shalat ied, apakah yakin zakat fitrah kita didistribusikan sebelum waktu Ied?
Jawaban 2c.
Penting,sangat penting, Karena ini menyangkut persatuan Umat Islam dunia (mari kita lupakan konteks Indonesia sejenak). Dalam pengumuman perhitungan oleh Depag konteks keindonesiaan sangat kental, dimana titik yan dipantau hanya di Indonesia
Jawaban 2d.
Penting sangat penting Mama mo belanja nih kan musti tau lebarannya kapan
Jawaban 2e
Penting sangat penting Papa kan mo book tiket online kan musti tau persis lebarannya kapan
Jawaban 2e.
…silahkan tambahin deh di bagian komentar
[Bersambung ke Bagian dua]
Diposting oleh priyatnadp di 5:02 AM 2 komentar
Jumat, Oktober 06, 2006
Menyelamatkan Peradaban dengan Desain
Kamis pagi 06 September 2006 di milis forum-AMi ada sebuah tulisan menarik, sebuah essay.Tulisan ini lumayan membangkitkan emosi desain, jadi kalo anda suka dengan desain, arsitektur perlu baca tulisan dari M. Ridwan Kamil ini, finalis IYDEY wakil dari Indonesia yang baru saja lalu di London. Mohon maaf sekalian minta ijinnya untuk menempel ini disini, kalau ngga bekenan saya apus (masa sih?). Sori maksa (tempel dulu baru minta ijin. Sekalian saya lengkapi dengan active link.
Yang menarik juga figur pemenang IYDEY (Intrational Young Design Enterpreneur of the Year) kali ini Paula Dib desainer muda dari brasil yang membuat produk2 memanfaatkan material lokal, SDM lokal orang setempat. Jadi teringat perjalanan ke daerah Tegalalang, Ubud, , Sukawati, Tabanan, banyak produk bagus yang tidak bisa terjual gara-gara networking yang lemah. dengan alsan klasik, sejak bom susah mas, repot. Tentu repot ya dijualnya di sini (bali) jauh dari keramaian pula. Namun dampak bom tidak berlaku produk interior sekelas Warisan, Carlo yang sudah punya networking ke luar. Jadi lupakan kambing yang sudah hitam, tangkaplah si banteng hitam (dagingnya lebih banyak)
ini tulisan kompitnya....
MENYELAMATKAN PERADABAN DENGAN DESAIN
Oleh M. Ridwan Kamil*
[1]
Seorang ibu tua gemuk dalam wajah yang lelah terlihat menenteng sebuah kursi. Ia sumringah tersenyum puas. Antriannya selama berjam-jam dalam panas terik tidaklah sia-sia. Sebuah kursi cantik, karya desainer furnitur Inggris terkenal Tom Dixon, ia dapatkan dengan gratis. Hari itu, dalam rangka London Design Festival, Tom Dixon membagi-bagikan ratusan kursi karyanya gratis kepada publik. Setelah dipamerkan seharian dalam bentuk seni instalasi di ruang luar, hanya dalam tempo 15 menitan ratusan kursinya ludes diambil para pengantri. Itulah salah satu cara Inggris mempopulerkan wacana desain. Desain menjadi kata yang sangat populer minggu itu. Pada pertengahan september lalu seluruh London seperti kerasukan wacana desain dengan adanya London Design Festival. Festival ini menyelenggarakan pameran karya-karya desainer muda, open house gedung-gedung privat untuk dikunjungi umum, eksebisi kelas dunia untuk dunia interior, material- material bangunan, ceramah umum desainer kelas dunia, seminar dan lain sebagainya.
Inggris punya alasan. Ia bermimpi untuk menjadi pusat desain dan arsitektur dunia. Untuk visi itu, maka masyarakatnya harus dididik untuk melek desain. Desain harus menjadi keseharian. Wacana`good design is good business' harus menjadi kebutuhan. Padahal di Inggris 15 tahun lalu wacana desain tidaklah menjadi hal krusial. Namun sekarang, belasan majalah desain, arsitektur dan lifestyle memenuhi rak-rak toko buku, acara-acara yang meliput kegiatan desain grafis, iklan, furnitur sampai arsitektur menjadi hal yang umum. "Jangan meremehkan mukjizat desain!" ujar Sir Terence Conran, seorang entrepreneur legendaris di dunia desain. "Desain mampu melipatgandakan nilai ekonomi sebuah objek", lanjutnya. Ia mengungkapkan bahwa sebuah kursi dengan harga produksi sebesar seratus dollar bisa dijual ribuan dollar hanya karena keunikan desainnya, ungkap pemilik retail Habitat dan Conran Store ini. Pesannya sangatlah jelas. Tanpa desain tidak ada nilai tambah.
Museum Guggenheim di kota Bilbao Spanyol adalah contoh klasik dalam konteks di atas untuk kategori arsitektur. Setelah ia berdiri, karena publikasi yang mendunia, sekitar empat jutaan pelancong datang ke kota tersebut hanya untuk melihat keunikan museum yang dirancang oleh arsitek Frank Gehry. Bayangkan, jutaan pelancong itulah yang membawa devisa 14 trilyun rupiah ke kota industri di Spanyol ini. Maka tak heran jika "The Bilbao Effect" menjadi impian para walikota kota-kota di Eropa sana. ***
[2]
"Masa depan dunia adalah ekonomi kreatif," ungkap Richard Florida, sosiolog dari Amerika. Ia menyiratkan bahwa siapa pun yang memiliki bakat (talent), jejaring (network) dan kewirausahaan yang inovatif (entrepreneurship) dialah yang akan memenangkan persaingan global di masa depan. Dan industri desain, dari desain grafis sampai arsitektur, adalah salah satu motor gerakan ekonomi kreatif atau populer juga dengan istilah `knowledge economy'.
Karenanya tetangga kita Singapura, yang selalu panik mereposisi perannya di percaturan ekonomi global, melihat peluang ini juga secara serius.Singapura berambisi menjadi pusat ekonomi kreatif di Asia. Perdana Menteri Lee Hsien Long tahun 2005 meluncurkan tiga gerakan nasional: Design Singapore,Media 21 dan Rennaisance City 2.0. Mereka berharap sumbangan bagi pertumbuhan ekonominya akan tumbuh dua kali lipat selama tujuh tahun dari tiga industri kreatif tadi.
"Knowledge is power," sabda filsuf Francis Bacon. Dan Inggris pun menterjemahkan filosofi itu dalam bentuk reposisi sistem ekonomi yang merespons peluang ekonomi kreatif ini. Kota-kota industri seperti Birmingham, Glasgow, Brighton atau NewCastle perlahan-lahan sudah mulai meninggalkan ketergantungan pada ekonomi berbasis industri. Kota- kota ini mulai menggiring iklim ekonominya ke arah ekonomi kreatif dan aktivitas industri desain sebagai tulang punggungnya. Ekonomi kreatif adalah rumah barunya, dan desain adalah kunci pintunya.
Dunia akademik, swasta, LSM dan pemerintah terlihat bersepakat untuk kompak. Kawasan-kawasan kota yang mati diregenerasi lagi untuk menjadi tempat berkiprah para pemula (start-up) di industri kreatif. Insentif ekonomi diperbesar. Hasilnya pun luar biasa. Pertumbuhan ekonomi kreatif ini hampir 3 kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasionalnya. Ekspor dari ekonomi kreatif ini sebesar 15 %. Lebih besar dari ekspor ekonomi jasa sebesar 7% atau ekspor ekonomi umum lainnya yang hanya 4%.
[3]
"Saya suka London karena toleransi, keragaman budaya dan kemudahan infrastruktur bagi desainer pemula," ungkap Sebastian Noel, desainer produk berbasis teknologi dari sebuah perusahaan bernama Troika.Troika adalah firma pemula yang mempunyai visi mengawinkan teknologi terapan dan desain untuk kepentingan publik. Di kota ini ia dengan mudah bisa menghubungi institusi Creative London jika butuh bantuan untuk mencari partner bisnis. Tinggal mampir ke London Design Council jika butuh nasihat-nasihat teknis dan bank data pabrik manufaktur yang bisa mewujudkan ide-ide kreatifnya. Di acara London Design Festival ia pergunakan untuk memamerkan karya-karya terbarunya ke masyarakat. Dan puluhan firma pemula ala Troika pun menjamur subur di London London memang istimewa. Setiap tahun di bulan September, selama dua minggu digelar belasan acara yang berhubungan dengan desain. Ada open house firma-firma desain/arsitektur, open house gedung-gedung unik yang sehari-hari tertutup untuk publik. Ada acara 100% DESIGN tempat para desainer dari 30-an negara memamerkan karya-karya terbarunya, acara 100% LIGHT dan 100% MATERIAL untuk pameran teknologi lampu dan material terbaru. Seluruh masyarakat London pun terkena deman desain.
Kesiapan infrastruktur desain ini terkesan merata hadir di kota-kota lain di Inggris. Di Glasgow terdapat gedung tua karya Charles Rennie Mackintosh sebagai tempat bernaung organisasi desain bernama Lighthouse. Sebuah one-stop design center. Di gedung 5 lantai ini dihadirkan galeri-galeri tempat pameran karya para desainer/arsitek museum desain, restoran/kafe, ruang pertemuan yang disewakan, retail desain dan kantor-kantor firma desain. Di sini pula didirikan departemen Creative Entrepreneurs Club (CEC), sebuah wadah serius tempat memotivasi dan melatih para desainer pemula untuk berani mengembangkan bisnis desainnya dengan serius dan mengglobal. Menariknya wadah ini membuka diri untuk menerima anggota diri seluruh penjuru dunia.
[4]
Bagaimana dengan Indonesia? Tahukan anda, bahwa di Indonesia bertebaran para desainer, arsitek dan pekerja ekonomi kreatif lainnya yang sangat berbakat dan bedeterminasi tinggi. Leo Theosabarata dengan karya kursi Accupunto; Castle Production di Pasar Baru Jakarta yang menghasilkan animasi kelas dunia Carlos the Catterpilar dan The Jim Elliot Story; Sibarani Sofyan seorang urban designer muda yang karya-karyanya bertebaran di Malaysia, Cina dan Dubai; Christiawan Lie, komikus GI Joe yang naik daun di Amerika, Budi Pradono, arsitek muda yang mendapatkan penghargaan Architectural Review. Dan masih banyak lagi yang tersembunyi bergerilya mendunia dengan karya-karyanya tanpa kita tahu. Salah satu masalah kita ada ketidakhadiran infrastruktur dunia desain. Semua kelompok dalam industri desain, mulai dari dunia grafis sampai arsitektur tercerai berai bergerak sendiri-sendiri. Tidak ada visi bersama untuk arah jangka panjang yang jelas. Di luar negeri pun Indonesia tidak punya reputasi atau `brand image' yang kuat untuk produk-produknya.
Hal ini diperparah dimana pemerintah pun belum melihat desain dan ekonomi kreatif sebagai prioritas. Sangat khas Indonesia. Atau dengan istilah Florida, Indonesia itu penuh memiliki bakat (talent) kelas dunia tetapi tidak memiliki jejaring (network) dan kewirausahaan yang inovatif (entrepreneurship).
Sudah umum jika kita mendengar bahwa banyak para desainer yang kebingungan mencari manufaktur yang bisa membantu mewujudkan idea- idenya briliannya yang mungkin berpotensi bisnis milyaran rupiah. Banyak arsitek muda yang kebingungan bagaimana memulai bisnis desain dan menetukan fee desain. Para desainer juga sering kesulitan untuk mencari modal ke Bank karena sering ditolak karena tidak punya fixed asset kecuali ide-ide kreatifnya. Tidak seperti di Skotlandia dengan Lighthouse atau Thailand dengan Thailand Design Center (TDC), ketiadaan infrastruktur industri desain di negeri kita, akhirnya melunturkan semangat `entrepreneurship' dari para desainer muda berbakat.
Jangan heran jika terjadi yang dinamakan Richard Florida sebagai `The Flight of Creative Class', dimana para manusia-manusia berbakat akhirnya mengungsi ke luar negeri yang lebih kondusif. Bayangkan jika seluruh desainer dari seluruh industri desain bersepakat untuk menjadikan desain dan ekonomi kreatif sebagai lokomotif ekonomi Indonesa di masa depan. Bayangkan jika ide-ide kreatif yang brilian selalu bertemu dengan nafas semangat kewirausahaan.
Di Inggris, perkawinan inilah yang menghasilkan nilai ekonomi sebesar 28 milyar poundstering untuk industri desain dan arsitektur dan 112 milyar Poundsterling keseluruhan ekonomi kreatif. Seperti yang pernah diwacanakan oleh Nigel Cross, bahwa peradaban manusia berkembang dengan kemajuan tiga ranah keilmuan: Sains (kebenaran), Humaniora (keadilan), dan Desain (kecocokan). Karenanya kapan lagi kita bergerak bersama mewujudkan Indonesia yang lebih makmur melalui desain dan reputasi global yang lebih baik jika tidak sekarang. Mari kita selamatkan peradaban dengan Desain. Setidaknya untuk anak cucu kita.
*** *M. Ridwan Kamil, Dosen Arsitektur ITB dan Principal PT. URBANE (Recipient of International Young Design Entrepreneur of the Year from British Council Indonesia)
Diposting oleh priyatnadp di 9:05 AM 2 komentar
Selasa, Oktober 03, 2006
terbaca, tak dibaca
terbaca?
jelas?
terbaca, tak dibaca
baru terasa basi... setelah dibaca tak terbaca
telat?
basi?
tak terbaca.
buat neneku yang umurnya 90 tahun yang baru selesei operasi katarak...supaya masih bisa baca qur'an katanya.
Juga buat mbak Dian Syarief yang terus semangat membaca walau tak terbaca, lagi.
Diposting oleh priyatnadp di 11:50 AM 0 komentar
Label: photoblog