Senin, Juli 21, 2008

Indocement awards

Buat para pemburu hadiah, ada sayembara desain arsitektur menarik. Dengan hadiah 25 juta rupiah, 15 juta,10 juta dan3 pemenang harapan 3 juta rupiah. Architectural artwork berupa furnitur di ruang publik yang tentunya menggunakan material beton.

Jadwal:
Pendaftaran 9 Juni - 1 September 2008.
Penyerahan akhir materi lomba 15 September.
Presentasi 4 November 2008
19 November Pengumuman.

Juri:
Ir T. Yoyok Wahyu, UGM
Ir. Yohannes Karyadi, UNPAR
Fransisca Wungu, Tabloid RUMAH
Ir. Sabar Sundarelawan, Indocement
Dr. Ing. Ir.Heru W. Purbo, ITB
Dr. Dudy Wiyancoko, ITB
Ir. Yori Antar, Arsitek

Buat lebih jelasnya silakan di kunjungi situs http://www.indocementawards.com

Maksimal 1 orang 3 desain. Jadi anda berkesempatan dapat 50 juta rupiah. menarik!

Nonton Bioskop

Masih ingat kapan pertama kali nonton bioskop? Atau layar tancap? Sewaktu kecil saya sungguh percaya tv uwak di sebelah rumah bisa mengeluarkan kuda. Waktu itu tv rumah kami masih hitam putih. Sewaktu TV berwarna uwak (kakaknya Mamah) diantar dengan mobil box dengan adegan kuda melompat keluar tv. Kalau main ke sebalah saya selalu menunggu kapan kuda itu akan keluar. Sewaktu acara pernikahan om di Baturaa, dan ada acara memotong Sapi. Sayapun berpikir sepertinya asik kalau kepala sapi itu dijadikan topeng, Kita bisa jalan jalan dengan kepala sapi. Jalan pikiran bocah kecil memang susah ditebak, konon supaya tetap kreatif kadang kadang kita musti berpikir ala bocah kecil.

Keputusan pergi ke Bandung yang mendadak, membuat saya tidak sempat buat cari oleh oleh untuk dibawa ke Bandung dari Bali terutama buat tiga ponakan, yang terakhir baru lahir 3 bulanan lalu. Padahal waktunya bertepatan dengan liburan anak anak sekolah usai pembagian rapot. Oleh oleh bukan barang wajib memang, tapi rasaya suka ada yang kurang kalau waktu pertemuan dengan keluarga yang relatif jarang ini tanpa oleh -oleh. Liburan musim panas di negara empat musim ini bertepatan dengan diluncurkannya film Kungfu Panda. Animasi 3D anak anak untuk semua umur. Sepertinya oleh oleh yang menarik untuk hadiah kenaikan kelas Salma dan Kahfi yang baru naik kelas, Nadwa adiknya baru berumur 3 bulan. Sepertinya nonton Bioskop, seperti judul salah satu lagunya Benyamin S. bisa menarik nih buat ganti oleh-oleh sekaligus hadiah kenaikan kelas.

Salma naik ke kelas 2 SD. Kebetulan, Kahfi yang baru naik dari TK kelas B ke kelas A belum pernah nonton bioskop. Walaupun dia mengaku ini bukan kali pertamanya. Setelah dikonfirmasi sama Ibu Bapaknya ternyata dia belum pernah masuk bioskop.Hmmm mungkin Kahfi memang nggak bohong, dia cuman sekedar bercanda. Anak anak ini memang lagi seneng senengnya bikin kalimat retorik? Becanda apa bohong? Jadi kalau sekedar becanda, boleh bohong. Kalo Salma mengaku ini kali keduanya yang pertama dulu nonton di musemum Geologi katanya (walaupun ini juga bukan bioskop komersial, tapi bisa dibilang sama sama gelap berproyektor).

Nonton bioskop akan berbeda dengan nonton tv, ngga bisa pipis ngga boleh bolak balik. Tanpa pengkondisian (baca :training singkat) ditakutkan mengganggu penonton lainnya. Seperti tingkah seorang bocah rewel yang diajak orang tuanya nonton Ayat Ayat Cinta yang cukup menganngu kami waktu itu. Tindakan tidak bijaksana mengajak serta bocah kecil nnton film remaja dewasa, dan tentunya ulah bocah yang mondar mandir dan mengusap ngusap setiap kepala orang di depannya cukup menggangu penonton lainya. Takutnya kejadian seperti itu terulang disini, tapi filmnya kan cukup menarik harusnya sih aman.

Kata Salma, Kahfi itu kalo nonton suka tanya-tanya. Hmm...petunjuk yang bagus, kalo anak seumuran TK belum tentu menangkap jalan cerita film yang ditonton. Adegan tertentu yang bersifat aksi mungkin lebih menarik buat dia. Sebelum masuk kahfi sempat tanya kenapa sih musti antri beli tiket,dan dia juga minta liat posisi tempat duduknya dimana. Jaga jaga kebelet pipis pilih deket koridor biar aman. Sebelum film dimulai dua bocah kecil ini, dike wc kan dulu. Sebelum Kahfi sempat minta ganti film, nonton yang pocong aja yuk. Hmm...kebetulan ada dua film bertema pocong diputar. Itu buat orang dewasa anak kecil nggak boleh,tapi A'a berani kok nontonnya dengan tampang yakin.

Pintu teater 2 dibuka. Bergegas kami berempat, 2 bocah, 1 nenek, 1 om kombinasinya yang lumayan berbeda diantara kebanyakan abg penonton film pocong. Kok lampunya blum mati sih? Katanya lampunya mati kalau di bioskop (kata kahfi, dengan suara cukup keras). Ini tvnya gede banget ya? ada segede kulkas? Buat kahfi kulkas adalah benda yang lebih besar daripada tv di rumahnya. Lebih besar dong, kataku. Ini layarnya ada segede rumah a'a kira kira. Aaaahh....(Kahfi pasang tampang sinis), becanda apa bohong? halah..Lampu mulai mati, Kahfi bilang ke teh Salma teh pegangan biar nggak takut (sebenernya siapa ini yang takut). Seperti di teater 21 lainnya film apapun termasuk anak anak ada thriller tentang sms untuk tahu judul film yang akan diputar, dan kebetulan ceritanya pocong. Dua bocah ini sibuk...yang satu tutup mata, yang satu tutup kuping. Teh Salma kok tutup kuping? Iya kan kalo mata bisa perem kalo telinga kan ngga bisa dimatiin. Iya juga sih.

Kungfu Panda dimulai. Kahfi masih terkesan dengan thriller pocong tadi, Teh teh di sekolah teteh ada pocongnya nggak? mangkannya jangan bawa hp buat sms nanti lampunya mati ada pocongnya (dengan tampang meyakinkan). Seumuran gini emang lagi seneng bikin kesimpulan sendiri, yang jelas pesannya tidak tersampaikan. Saat film dimulai Kahfi lebih tertarik dengan bagaimana cara bioskop bekerja. Ada lampu dibelakang, liat liat itu ada lampu dibelakang, sementara lampu lainnya mati. Iya itu filmnya semprot ke layar. Sepertinya dia belum sadar kalau Kahfi sedang berada dalam sebuah tv raksasa yang diproyeksikan dari belakang. Selagi adegan action perhatian dan tawa masih bisa fokus ke layar. Tapi begitu alur melambat, Kahfi mulai memperhatikan sekeliling lagi. Ada lagi lampu yang nyala, lampu penunjuk kursi, ada nomernya. Dan Kahfi pun kembali melihat kebelakang dan mulai menghitung nomer nomer yang menyala itu.

Untungnya sebagian besar film ini beradegan laga yang mudah dicerna dengan durasi yang tidak terlalu lama. Dan sampai film selesai tidak ada insiden yang heboh.
Buat sebagian anak kecil menonton film memang menarik, diluar perkiraan saya ternyata buat anak kecil yang ini memperhatikan bagaimana bioskop bekerja jauh lebih menarik. A'a ngerti ngga filmnya? Ngerti...(dengan tampang yakin), si Panda kan jagoan ciat ciat ciat (memperagakan gerakan silat). Sementara Salma yang sudah SD yang sudah bisa baca teks film sudah bisa menceritakan kembali film tadi dengan baik. Bagaimana menceritakan intro kungfu Panda yang surealis dengan panning ala samurai jack, sepertinya jauh lebih sulit dari menderitakan ceritanya.


Sabtu, Juli 05, 2008

Bandung Update

Setelah sejak Desember lalu ke Bandung akhir Juni ini berkesempatan ke Bandung menengok Mamah yang mulai sehat kembali, setelah kena stroke ringan gara gara jambal roti (racun buat penderita hiperensi) seharga 1000 rupiah dari tukang sayur yang lewat. Beberapa memori sempat hilang dan mulai pulih kembali, bicara yang sempat kelu sudah normal 10o%, Tinggal kaki yang masih harus 'euntreup'(baca:hinggap) kalo harus berjalan jauh. Dan kebetulan buat menghadiri acara pembagian hadiah Sentul City Sanctuary home, green design di mall Paris van java (nanti di posting selanjutnya). Alhamdulilah juara 1 masih dengan tim trio kwek kwek yang sama, fajar , ika dan si m'pri.

Apa yang berubah dari Bandung? Sejak tinggalkan Bandung 2003, frekuensi ke Bandung ya sekira 6 bulan sekali. Banyak hal baru yang tadinya nggak ada jadi ada. Beberapa diantaranya,

Pengamen makin banyak.

Sabtu pagi nongkrong di depan rumah, dihitung hitung ada sekitar 6 kali 'genjrengan' dawai gitar pengamen dipetik. Padahal rumah di Bandung termasuk komplek perumahan di pinggir kota dan bukan jalan utama pula. Sebaiknya pintu depan ditutup, kalau tidak mau 'digenjrengi 'terus terusan. Sepertinya untuk sekedar mengamen di Bandung perlu jemput Bola ke rumah rumah. Bertolak belakang dengan pengalaman kami saat makan siomay di Denpasar beberapa waktu yang lalu, sempat dibuat terheran heran saat si pengamen mengembalikan uang Rp 1100, 2x500 rupiah receh, dan 100 rupiah receh, yang kebetulan ada di dompet. Rejeki kok ditolak? Mungkin karena dikira 300 rupiah? Uang rp 100 yang jatuh dari saku pun masih saya pungut. Teringat ceramah Pak Bahrum Baehaqi sewaktu kuliah subuh di masjid Al Muhajirin, jambu yang jatuh pun jangan ditendang atau diinjak injak, kita tidak tahu dari mana rejeki yang membawa barokah itu, kata pa Ustad ini (memang sebaiknya dibuat kompos saja, biar jadi pupuk yang barokah)

Mall update
Baru sekali ini ke PvJ di Sukajadi. Silakan dibilang si m'pri kampungan atau udik. Yang jelas si m'pri emang bukan anak mol. Waktu yang pendek saat cuti di Bandung lebih asyik buat dihabiskan di rumah menghabiskan waktu selonjoran di kursi panjang sambil minum air putih. Situasi PvJ agak berbeda dengan mall atau pusat perbelanjaan lainya di Bandung, kalau di tempat lain banyak tipe kaosan/jaket ala distro di Pvj banyak yang datang dengan cukup niat. High heels dan baju bermotif grafis retro terbaru ala iklan soyjoy (yang tentu saja blum musim di Bali, bahan seperti ini belum masuk di toko toko kain jalan Sulawesi, Denpasar). Cukup niat untuk sekedar nonton atau belanja. Sebagian besar pengunjung konon datang tidak jauh dari pintu tol terdekat, Pasteur, dari Jakarta. Memang tempat ini sangat menunjang buat nongkrong dan Jajan dengan ruang terbuka yang cukup banyak selain di Ciwalk. Yang jelas tempat main di Bandung sudah semakin konsumtif, ruang publik yan gratisan tidak ada tambahan. Berita terakhir gosipnya, Babakan Siliwangi pun akan kena gusur? gila. Coba liat deh google earth atau wikimapia daerah situ hanya strip hijau yang sedikit sekali diantara hutan batan dan tembok. Kembalilah ke jalan yang lurus hai pemimpin Bandung, jalan lurus yang kiri kanannya berpohon besar. Bukan jalan lurus ala jalan braga dengan sempadan 0 dan perbelanjaan di sepanjangnya, karena braga pun ada matinya. Kalaupun mau buat sesuati disana? sayembarain aja, kita pasti ikut & buat sesuatu yang green disana win-win solution.

Jemput bola tempat Belanja
Masih ingat waktu kecil saat belum jamannya mall, Belanja bulanan biasanya ke Kosambi. Buat anak kecil belanja bulanan cukup menyenangkan buat sekedar dapet cemilan atau kaos bersablon mobil balap. Sekarang hampir di setiap sudut sudah digempur dengan pusat Belanja. Baru sekali ini masuk mtc ( metro trade center). Yang ini pasarnya sepertinya membidik pasar seperti pasar baru bandung. Yang menarik ada foodcourt dengan ruang yang cukup lapang, wifi area, dengan saung saung tempat makan di area bentang lebar yang juga bisa disewa untuk perpisahan, arisan atau undangan. Sebentar lagi ada kolam renang besar di rooftopnya. Tempat ini cukup dekat, kurang dari 2 km dari rumah yang dulu di sisi kota dengan sawah sawah di sekitarna. Jadi di sekitar margahayu raya ini sudah terkepung dengan carrefour, makro, borma, hypermart, griya, pasar tradisonal juga ada. Tinggal cari uangnya saja, yang mau dibeli sih selalu ada.

XC di kompleks perumahan
Sabtu pagi nongkrong di depan rumah. Serombongan Bapak bapak tua muda beroutfit lengkap, jersey warna warni, helm, sepeda hardtail sebagian diantaranya fulsus. Bergembira saat melalui polisi tidur di depan rumah. Susah cari tanjakan atau turunan di perumahan padat, polisi tidur juga cukup menghibur. 6 bulan lalu pemandangan ini belum ada, yuk sepedaan.

Pengguna helm sepeda meningkat
Orang bandung termasuk urutan pertama soal gaya, termasuk gaya yang salah kaprah. Pengguna helm sepeda sebagian besar bermerek United, produk asli buatan cina ini sebelumnya dibandrol dengan merek prowel cukup laris di Bandung. Ajaibnya, dipakai bukan oleh pengguna sepeda, tapi sepeda motor. Mungkin karena harga helm sepeda yang ada di kisaran 120 ribuan ini dipandang cukup murah daripada helm motor. Soal safety? Jangan tanya. Hel sepeda tidak dirancang untuk benturan dengan momentum keras, sekali jatuh melindungi kepala struktur pelindung akan berubah (dari situs prowel), dan tidak aman untuk digunakan kembali. Mau gaya atau mau aman? orang Bandung mungkin pilih yang pertama.

Ibu ibu bermotor listik
Karena bbm yang terus melambung motor listrik yang juga bisa dikayuh ini mulai ramai digunakan. Kelihatannya untuk jarak pendek, wara wiri di kompleks perumahan dan juga jalan raya. Gawatnya, tanpa pelindung keselamatan sama sekali. Tanpa helm karena bukan kendaraan bermotor (artinya bebas tilang), dan tentunya tanpa helm sepeda juga (sementara pengguna sepeda motor memlilih helm sepeda)

Gowesan ke tempat kerja meningkat
Saat sore nangkring di seputar Soekarno Hatta,jam orang pulang kerja. Pengguna sepeda ke tempat kerja meningkat. Tanpa baju warna warni apalagi helm sepeda berbentuk aneh. Jaket lusuh topi pet, dengan sepeda beragam ontel, bmx, mtb. Bukan karena lifestyle bike to work, bukan semata untuk mengurangi polusi udara, tapi sepertinnya naiknya harga bbm tidak banyak memberi pilihan buat para pekerja pabrik, naik sepeda atau uang habis di ongkos.
Angkot naik rata rata 500 rupiah
Angkutan kota rute pendek-sedang rata rata 2500 rupiah. 6 bulan lalu masih 2000-an. Naik taksi jadi bukan hal mewah lagi di Bandung. Misalkan 4 orang bepergian 3 kali naik angkot tambah ongkos becak. sudah menghabiskan 2500x12(angkot) + 2x3000 (becak) = 36 ribu, naik taksi tidak akan jauh berbeda ongkosnya.

Tukang jajanan di mana mana
hampir setiap sudut, ada bebagai tukang jualan dengan berbagai menu baru yang beragam. Nggak akan susah cari makanan di Bandung. Kalau 100 orang Bandung disebar di seluruh Indonesia untuk bertahan hidup di kota yang baru dikenalnya. Yang pertama dipikirkan jualan makanan apa ya yang belum ada di sini.

Pilkada
Poster pilkada dimana mana, banyak taman dadakan konon untuk mempertahankan posisi walikota sebelumnya. Masih ber-KTP Bandung namun dipastkan tidak akan ikut memilih. Golput? Bukan karena golput, tapi memang tidak ada tps online, atau lewat sms. Pilkada bisa merubah Bandung lebih baik?tidak yakin. Kok pesimis? obyektif dan pesimis itu beda. Banyak orang pintar, banyak SDM tangguh, pakar urban, pakar lingkungan, pakar sampah, banyak narasumber yang tidak bisa berkontribusi banyak untuk Bandung, karena tidak didengar atau tidak cukup bersuara, saya sendiri kurang paham.

selamat tinggal Bandung...
atau sampai jumpa lagi?
kok jadi bingung? dibenci dan dicintai.
Ya semoga saat ketemu lagi semakin baik (mmm.....masih pesimis)